Chapter 7 – Part 2 Aku mencoba memberikan teman saran mengenai cinta
Diterjemahkan oleh Big Saber bro.
Silahkan berkomentar apabila ada misstranslate, kesalahan kata, atau masalah lainnya.
Silahkan berkomentar apabila ada misstranslate, kesalahan kata, atau masalah lainnya.
"Kamu memiliki seseorang yang
kamu....Suka?"
Aku tidak percaya temanku Raven menginginkan saran
mengenai cinta ketika kita sedang makan malam bersama.
"Maaf, Youki. Kamu satu-satunya yang bisa aku tanyakan..."
Karena dia tidak berbicara banyak akibat suaranya,
Raven menjadi karakter yang dingin dan pendiam.
Jika orang-orang di sekelilingnya mendengar bahwa dia
telah melakukan sesuatu yang tidak sesuai karakternya seperti jatuh cinta, dia
akan menjadi bahan lelucon.
"Ya..."
Dan sekarang dirinya menginginkan saran mengenai
cinta dari seseorang yang telah gagal dalam pengakuan cinta pada kehidupan
keduanya, apalagi benar-benar belum pernah berpacaran dengan seseorang.
...Ya ampun, Aku punya firasat buruk mengenai hal
ini.
Dia bertanya pada orang yang salah, kau tahu? Namun
aku satu-satunya orang yang bisa dirinya tanyakan.
"Beritahu aku, wanita seperti apa dirinya?”
Aku tidak ingin memberinya sikap dingin karena kita
baru saja berteman, jadi aku akan mencobanya dan memberikan saran untuk kali
ini saja.
"....Dia tidak menertawakan suaraku. Dia malah
berpikir itu terdengar bagus, dan bilang bahwa dia iri. Dan kemudian..."
Jadi begitu. Raven memiliki kompleks yang begitu
besar mengenai suaranya, Aku yakin itu membuatnya senang. Biasanya orang akan
tertawa atau terkejut ketika melihat perbedaan antara penampilan dan suaranya.
"Aku mengerti, jadi itu sebabnya kau jatuh
cinta kepadanya."
Ini lebih dari diskusi Cinta normal dari yang aku
kira.
Rasa malu Raven tergambarkan di seluruh wajah dan
pipinya yang memerah.
"...Apa sebaiknya harus aku lakukan?"
Dari wajahnya yang merah dan gelisah, tampaknya dia
benar-benar menyukainya.
Dia seperti murid sekolah menengah pertama yang
sedang melalui masa pubertas. Tapi karena suaranya, kesampingkan seorang wanita,
dirinya bahkan tidak memiliki satupun teman pria. Dia hanya hidup dengan pedangnya
selama ini. Dia tidak pernah memiliki siapapun untuk berbicara mengenai hal ini
sebelumnya.
"Jika kau menyukainya, kamu sudah mencoba
menyatakan perasaan padanya?"
Dia merupakan anggota dari Party Pahlawan yang
menyelamatkan dunia.
Dia tampan, dan dia telah menjelaskan mengenai
masalah suara anehnya, jadi aku hanya bisa membayangkan dia akan mendapat
respon positif.
"...Aku pikir tidak bisa. Sejak aku hanya hidup
untuk berpedang. Wanita ituu..."
Aku menduga sesuatu seperti itu.
Ya ampun, kau itu pria tampan, lebih percaya
dirilah!
Mau bagaimana lagi, aku mungkin sedikit tersakiti di
dalam hati, tapi ini untuk seorang teman.
Untuk pertama kalinya dalam beberapa saat, aku mengalihkan
permainanku.
"Huh, Raven, kau sendiri belum menyadarinya,
kan?"
Aku membuat sebuah gerakan yang mencolok, menunjuk
ke arah Raven.
Raven bingung karena sifatku yang tiba-tiba berubah.
Tapi aku tidak berhenti disitu.
"Memiliki wajah tampan, tubuh tinggi,
menyelamatkan dunia sebagai kesatria Party Pahlawan. Terus kenapa kalau suaramu
sedikit aneh? Kamu seharusnya mampu mengabaikan siapapun yang menertawakan
dirimu!"
Raven mendengarkan, namun tampak seperti dirinya
telah dibutakan.
Namun, Aku belum selesai!
"Kenapa, lihat saja aku! wajah membosankan,
postur rata-rata, bekerja untuk guild. Meski begitu, aku telah menyatakan
perasaanku berkali-kali! Ditolak banyak sekali! Tapi lihat aku sekarang! Apakah
aku terlihat menyedihkan untukmu? Tidak sedikit pun!....Raven, lakukanlah yang
terbaik. Percayalah pada dirimu sendiri!"
Tentu saja aku menyelesaikannnya dengan pose ciri
khasku.
....Aaah, itu melegakan.
Aku mematikan
Mode-Chuuni ku, dan menunggu respon Raven.
"...Heeh. Aku mengerti. Jadi hal ini adalah sesuatu
seperti itu."
Raven menenangkan dirinya, dan sedikit tertawa.
"... Aku rasa aku terlalu memikirkannya. Terima
Kasih, aku senang telah meminta saranmu, Youki."
Oooh!
Tampaknya rencanaku berhasil.
Syukurlah.
Aku tidak tau apa yang akan kulakukan jika dia
menyerah.
"Hahaha... jika kamu mengatakannya seperti itu,
akulah orang yang merasa senang karena telah memberikanmu saran."
"...Sebenarnya, aku berencana libur juga besok
. Aku akan mencoba menyatakan perasaanku padanya. Jika kamu tidak keberatan, aku
benar-benar ingin kamu datang menemaniku."
Aku mengerti, dia sedang khawatir mengenai hal
tersebut.
Dia telah berada dalam jendela pikiran negatif.
Dia telah mengumpulkan semua keberaniannya dan mencoba bercerita kepada
temannya.
Aku sangat tersentuh, bagaimana mungkin aku tidak
mendukungnya?
"Kau akan baik-baik saja....lakukan yang
terbaik besok."
Dengan kata-kata perpisahan tersebut, Kami berpisah
ke arah jalan yang berbeda.
Hari selanjutnya, aku menunggu Raven di meja
resepsionis di aula Guild.
Aula guild sangat berisik dan dipenuhi dengan segala
kegiatan, lebih dari biasanya.
Keributan karena Raven datang kesini kemarin masih
tersisa. Ketika dirinya datang hari ini, dia harus menyamar dengan baik
sehingga tidak terjadi keributan lagi.
"...Hey, bukankah kau ingin mengambil Quest
hari ini?"
Clayman bertanya kepadaku. Mode senangnya kemarin
telah digantikan dengan mode lesunya yang biasa.
"Aku sedang menunggu teman hari ini. Tidak ada
Quest."
Normalnya, para petualang lainnya akan meminta wanita cantik di meja recepsionist
lainnya untuk melakukan quest. Aku satu-satunya yang cukup sering datang
ke resepsionis apatis ini, mejanya,
Clayman.
Itulah sebabnya tidak ada satupun yang akan mengeluh
meskipun aku berkeliaran disekitar meja Clayman ini.
Sebaliknya, Akulah penyelamat mereka kemarin.
"Nah itu bagus, tidak ada pekerjaan untukku.
Mengapa kau tidak diam saja di sana sepanjang hari?"
"Kenapa kau terdengar sangat kecewa jika
menghabiskan sepanjang hari tanpa bekerja sedikitpun?
Aku hanya menunggu seorang teman."
Clayman dan aku bertengkar mengena sesuatu yang
tidak penting, tiba-tiba bahuku dipegang dan berbalik.
Disana berdiri Raven mengenakan penyamaran yang aku
berikan kemarin.
Mungkin itu karena dia gugup, tapi ekspresinya
sangat kaku.
Hei sekarang, kita bahkan belum pergi ke rumah gadis
itu, apa dia akan baik-baik saja...?
"Kamu tidak apa-apa? Apakah kamu nyenyak tidur
semalam?"
Raven menganggukan kepalanya, tapi gerakannya masih
kaku.
Jika kita tinggal di guild seperti ini dia akan
ketahuan, jadi aku bergegas pergi keluar bersamanya.
Raven diam membeku, jadi untuk menenangkan dia, aku
mengambil nafas dalam-dalam dan berkata,
"Dengarkan, Raven. Kamu itu angoota dari Party
Pahlawan dan pemimpin kesatria. Itu sudah membuatmu menjadi pria yang luar
biasa. Kamu pasti bisa, Raven!"
Dalam perjalanan menuju gadis yang dicintainya, aku
memberinya semangat.
Jika dia mendapatkan sedikit percaya diri, dia
seharusnya menyatakannya secara alami.
"...Haruskah aku benar-benar melakukan
ini?"
Dia masih sedikit malu.
Aku menyemangatinya sampai ke rumah gadis tersebut.
Dan kemudian, setelah Raven akhirnya percaya diri, tujuan
perjalanan kami ternyata....
"Eh...?!"
Tidak mungkin, kita berada di Mansion Aquarain?
Apakah dia menyukai Cecilia?!
Dia begitu baik, pasti ada kesempatan.
Aku dapat memikirkan berjuta-juta hal yang mungkin
terjadi diantara mereka selama misi mengalahkan Raja Iblis.
Apakah bendera kematian yang terjadi kemarin artinya
aku akan membunuhnya karena telah mengambil gadisku?
"...Kamu dapat rasa terima kasihku, Youki.
Berkat dirimu aku memiliki keberanian untuk menyatakan perasaan....Aku akan
pergi sendiri dari sini. Tolong tunggu aku, Youki."
Raven memasuki Mansion Aquarain sendirian.
...Ini buruk!
Apakah Cecilia akan menerima perasaanya...Apa yang
akan dia lakukan?
Aku tidak tahu hubungan seperti apa yang mereka
miliki, jadi aku tidak tahu bagaimana dia akan merespon.
Aku panik selama beberapa menit saat aku menunggu
diluar Mansion Aquarain. Tapi saat Raven kembali, dia memiliki raut yang suram
pada wajahnya.
"...Dia menolak ku. Dia bilang itu 'Tidak
Mungkin'....Youki, aku minta maaf, meskipun kamu telah sekuat tenaga memberikanku
saran...Seperti yang kuduga, itu bukan berarti aku bisa bersamanya."
Ini tidak baik, Matanya mati seperti Clayman.
Patah hati pertamanya cukup menyebabkan kerusakan
emosional.
Aku benar-benar mengerti, Aku memiliki lebih dari pengalaman
untuk dibagikan karena patah hati.
Tapi dia temanku, Aku tidak bisa meninggalkannya
seperti ini.
"Jangan terlalu dipikirkan, kawan.
Ngomong-ngomong, kenapa kita tidak pergi kesuatu tempat? Kamu masih liburan,
dan kita masih belum cukup bermain disekitar kota kemarin..."
Dia mendengarkanku, tapi hanya menggeleng, dan dia
berkata dengan sedihnya,
"...Mari kita akhiri hari ini. Sampai jumpa...lagi..."
Bahunya terjatuh karena sedih, Raven menuju kembali
ke kota.
Aku hanya bisa melihat sosoknya semakin mengecil
dari kejauhan.
....Apa yang harus aku lakukan?
Aku seharusnya merayakannya, tapi segala hal yang
terjadi meninggalkan rasa tidak enak dalam mulutku.
Aku seharusnya senang karena satu sainganku
berkurang, tapi perasaan itu tidak pernah muncul.
Persahabatan atau Cinta...aku tidak bisa memilih
untuk menyerah juga.
Aku merasa baik lega karena Cecilia tidak dicuri
dariku, dan sedih untuk temanku yang cintanya tidak membuahkan hasil.
"...Aku harus bicara dengan Cecilia."
Aku harus tau kenapa temanku ditolak.
Aku mungkin akan ikut campur, tapi aku masuk ke
mansion untuk mencari tahu alasan mengapa temanku ditolak.