Saturday, 21 April 2018

Yuusha Party Volume 1 : Chapter 7 - Part 2

Chapter 7 – Part 2 Aku mencoba memberikan teman saran mengenai cinta


Diterjemahkan oleh Big Saber bro.
Silahkan berkomentar apabila ada misstranslate, kesalahan kata, atau masalah lainnya.

"Kamu memiliki seseorang yang kamu....Suka?"

Aku tidak percaya temanku Raven menginginkan saran mengenai cinta ketika kita sedang makan malam bersama.

"Maaf, Youki. Kamu satu-satunya yang bisa aku tanyakan..."

Karena dia tidak berbicara banyak akibat suaranya, Raven menjadi karakter yang dingin dan pendiam.
Jika orang-orang di sekelilingnya mendengar bahwa dia telah melakukan sesuatu yang tidak sesuai karakternya seperti jatuh cinta, dia akan menjadi bahan lelucon.

"Ya..."

Dan sekarang dirinya menginginkan saran mengenai cinta dari seseorang yang telah gagal dalam pengakuan cinta pada kehidupan keduanya, apalagi benar-benar belum pernah berpacaran dengan seseorang.
...Ya ampun, Aku punya firasat buruk mengenai hal ini.
Dia bertanya pada orang yang salah, kau tahu? Namun aku satu-satunya orang yang bisa dirinya tanyakan.

"Beritahu aku, wanita seperti apa dirinya?”

Aku tidak ingin memberinya sikap dingin karena kita baru saja berteman, jadi aku akan mencobanya dan memberikan saran untuk kali ini saja.

"....Dia tidak menertawakan suaraku. Dia malah berpikir itu terdengar bagus, dan bilang bahwa dia iri. Dan kemudian..."

Jadi begitu. Raven memiliki kompleks yang begitu besar mengenai suaranya, Aku yakin itu membuatnya senang. Biasanya orang akan tertawa atau terkejut ketika melihat perbedaan antara penampilan dan suaranya.

"Aku mengerti, jadi itu sebabnya kau jatuh cinta kepadanya."

Ini lebih dari diskusi Cinta normal dari yang aku kira.
Rasa malu Raven tergambarkan di seluruh wajah dan pipinya yang memerah.

"...Apa sebaiknya harus aku lakukan?"

Dari wajahnya yang merah dan gelisah, tampaknya dia benar-benar menyukainya.
Dia seperti murid sekolah menengah pertama yang sedang melalui masa pubertas. Tapi karena suaranya, kesampingkan seorang wanita, dirinya bahkan tidak memiliki satupun teman pria. Dia hanya hidup dengan pedangnya selama ini. Dia tidak pernah memiliki siapapun untuk berbicara mengenai hal ini sebelumnya.

"Jika kau menyukainya, kamu sudah mencoba menyatakan perasaan padanya?"

Dia merupakan anggota dari Party Pahlawan yang menyelamatkan dunia.
Dia tampan, dan dia telah menjelaskan mengenai masalah suara anehnya, jadi aku hanya bisa membayangkan dia akan mendapat respon positif.

"...Aku pikir tidak bisa. Sejak aku hanya hidup untuk berpedang. Wanita ituu..."

Aku menduga sesuatu seperti itu.
Ya ampun, kau itu pria tampan, lebih percaya dirilah!
Mau bagaimana lagi, aku mungkin sedikit tersakiti di dalam hati, tapi ini untuk seorang teman.
Untuk pertama kalinya dalam beberapa saat, aku mengalihkan permainanku.

"Huh, Raven, kau sendiri belum menyadarinya, kan?"

Aku membuat sebuah gerakan yang mencolok, menunjuk ke arah Raven.
Raven bingung karena sifatku yang tiba-tiba berubah.
Tapi aku tidak berhenti disitu.

"Memiliki wajah tampan, tubuh tinggi, menyelamatkan dunia sebagai kesatria Party Pahlawan. Terus kenapa kalau suaramu sedikit aneh? Kamu seharusnya mampu mengabaikan siapapun yang menertawakan dirimu!"

Raven mendengarkan, namun tampak seperti dirinya telah dibutakan.
Namun, Aku belum selesai!

"Kenapa, lihat saja aku! wajah membosankan, postur rata-rata, bekerja untuk guild. Meski begitu, aku telah menyatakan perasaanku berkali-kali! Ditolak banyak sekali! Tapi lihat aku sekarang! Apakah aku terlihat menyedihkan untukmu? Tidak sedikit pun!....Raven, lakukanlah yang terbaik. Percayalah pada dirimu sendiri!"

Tentu saja aku menyelesaikannnya dengan pose ciri khasku.
....Aaah, itu melegakan.
Aku mematikan  Mode-Chuuni ku, dan menunggu respon Raven.

"...Heeh. Aku mengerti. Jadi hal ini adalah sesuatu seperti itu."

Raven menenangkan dirinya, dan sedikit tertawa.

"... Aku rasa aku terlalu memikirkannya. Terima Kasih, aku senang telah meminta saranmu, Youki."

Oooh!
Tampaknya rencanaku berhasil.
Syukurlah.
Aku tidak tau apa yang akan kulakukan jika dia menyerah.

"Hahaha... jika kamu mengatakannya seperti itu, akulah orang yang merasa senang karena telah memberikanmu saran."

"...Sebenarnya, aku berencana libur juga besok . Aku akan mencoba menyatakan perasaanku padanya. Jika kamu tidak keberatan, aku benar-benar ingin kamu datang menemaniku."

Aku mengerti, dia sedang khawatir mengenai hal tersebut.
Dia telah berada dalam jendela pikiran negatif.
Dia telah mengumpulkan semua  keberaniannya dan mencoba bercerita kepada temannya.
Aku sangat tersentuh, bagaimana mungkin aku tidak mendukungnya?

"Kau akan baik-baik saja....lakukan yang terbaik besok."

Dengan kata-kata perpisahan tersebut, Kami berpisah ke arah jalan yang berbeda.

Hari selanjutnya, aku menunggu Raven di meja resepsionis di aula Guild.
Aula guild sangat berisik dan dipenuhi dengan segala kegiatan, lebih dari biasanya.
Keributan karena Raven datang kesini kemarin masih tersisa. Ketika dirinya datang hari ini, dia harus menyamar dengan baik sehingga tidak terjadi keributan lagi.

"...Hey, bukankah kau ingin mengambil Quest hari ini?"

Clayman bertanya kepadaku. Mode senangnya kemarin telah digantikan dengan mode lesunya yang biasa.

"Aku sedang menunggu teman hari ini. Tidak ada Quest."

Normalnya, para petualang  lainnya akan meminta wanita cantik di meja recepsionist lainnya untuk melakukan quest. Aku satu-satunya yang cukup sering datang ke  resepsionis apatis ini, mejanya, Clayman.

Itulah sebabnya tidak ada satupun yang akan mengeluh meskipun aku berkeliaran disekitar meja Clayman ini.
Sebaliknya, Akulah penyelamat mereka kemarin.

"Nah itu bagus, tidak ada pekerjaan untukku. Mengapa kau tidak diam saja di sana sepanjang hari?"

"Kenapa kau terdengar sangat kecewa jika menghabiskan sepanjang hari tanpa bekerja sedikitpun?
Aku hanya menunggu seorang teman."

Clayman dan aku bertengkar mengena sesuatu yang tidak penting, tiba-tiba bahuku dipegang dan berbalik.
Disana berdiri Raven mengenakan penyamaran yang aku berikan kemarin.
Mungkin itu karena dia gugup, tapi ekspresinya sangat kaku.

Hei sekarang, kita bahkan belum pergi ke rumah gadis itu, apa dia akan baik-baik saja...?

"Kamu tidak apa-apa? Apakah kamu nyenyak tidur semalam?"

Raven menganggukan kepalanya, tapi gerakannya masih kaku.
Jika kita tinggal di guild seperti ini dia akan ketahuan, jadi aku bergegas pergi keluar bersamanya.

Raven diam membeku, jadi untuk menenangkan dia, aku mengambil nafas dalam-dalam dan berkata,

"Dengarkan, Raven. Kamu itu angoota dari Party Pahlawan dan pemimpin kesatria. Itu sudah membuatmu menjadi pria yang luar biasa. Kamu pasti bisa, Raven!"

Dalam perjalanan menuju gadis yang dicintainya, aku memberinya semangat.
Jika dia mendapatkan sedikit percaya diri, dia seharusnya menyatakannya secara alami.

"...Haruskah aku benar-benar melakukan ini?"

Dia masih sedikit malu.
Aku menyemangatinya sampai ke rumah gadis tersebut.
Dan kemudian, setelah Raven akhirnya percaya diri, tujuan perjalanan kami ternyata....

"Eh...?!"

Tidak mungkin, kita berada di Mansion Aquarain?
Apakah dia menyukai Cecilia?!
Dia begitu baik, pasti ada kesempatan.
Aku dapat memikirkan berjuta-juta hal yang mungkin terjadi diantara mereka selama misi mengalahkan Raja Iblis.
Apakah bendera kematian yang terjadi kemarin artinya aku akan membunuhnya karena telah mengambil gadisku?

"...Kamu dapat rasa terima kasihku, Youki. Berkat dirimu aku memiliki keberanian untuk menyatakan perasaan....Aku akan pergi sendiri dari sini. Tolong tunggu aku, Youki."

Raven memasuki Mansion Aquarain sendirian.
...Ini buruk!
Apakah Cecilia akan menerima perasaanya...Apa yang akan dia lakukan?
Aku tidak tahu hubungan seperti apa yang mereka miliki, jadi aku tidak tahu bagaimana dia akan merespon.

Aku panik selama beberapa menit saat aku menunggu diluar Mansion Aquarain. Tapi saat Raven kembali, dia memiliki raut yang suram pada wajahnya.

"...Dia menolak ku. Dia bilang itu 'Tidak Mungkin'....Youki, aku minta maaf, meskipun kamu telah sekuat tenaga memberikanku saran...Seperti yang kuduga, itu bukan berarti aku bisa bersamanya."

Ini tidak baik, Matanya mati seperti Clayman.
Patah hati pertamanya cukup menyebabkan kerusakan emosional.
Aku benar-benar mengerti, Aku memiliki lebih dari pengalaman untuk dibagikan karena patah hati.
Tapi dia temanku, Aku tidak bisa meninggalkannya seperti ini.

"Jangan terlalu dipikirkan, kawan. Ngomong-ngomong, kenapa kita tidak pergi kesuatu tempat? Kamu masih liburan, dan kita masih belum cukup bermain disekitar kota kemarin..."

Dia mendengarkanku, tapi hanya menggeleng, dan dia berkata dengan sedihnya,

"...Mari kita akhiri hari ini. Sampai jumpa...lagi..."

Bahunya terjatuh karena sedih, Raven menuju kembali ke kota.
Aku hanya bisa melihat sosoknya semakin mengecil dari kejauhan.

....Apa yang harus aku lakukan?
Aku seharusnya merayakannya, tapi segala hal yang terjadi meninggalkan rasa tidak enak dalam mulutku.
Aku seharusnya senang karena satu sainganku berkurang, tapi perasaan itu tidak pernah muncul.

Persahabatan atau Cinta...aku tidak bisa memilih untuk menyerah juga.
Aku merasa baik lega karena Cecilia tidak dicuri dariku, dan sedih untuk temanku yang cintanya tidak membuahkan hasil.

"...Aku harus bicara dengan Cecilia."

Aku harus tau kenapa temanku ditolak.
Aku mungkin akan ikut campur, tapi aku masuk ke mansion untuk mencari tahu alasan mengapa temanku ditolak.