Saturday 26 May 2018

Chapter 2 - Seperti ini? Bukan, dasar pahlawan bodoh (Bagian 3)


“S, seperti ini?”




“Bukan, dasar pahlawan bodoh.”



“Be, begini?”



“Pahlawan bodoh.”



“Ka,kalau gitu begini?”



“Bodoh.”



***



Menatap Yuria, hampir menangis di pojok ruangan, sang Raja Iblis menghela nafas.



“Mungkin memang perlu sesuatu seperti bakat dalam suatu pekerjaan.”



Sebelumnya adalah orang yang kuat, Seorang Pahlawan ketika dia pertama kali bertemu. Sekarang, di tempatnya, adalah wanita yang merepotkan ini.



“Aku sebaiknya tidak mengucapkan apapun.”



Mereka telah menyerah memasak.



Mereka telah menyerang untuk mencuci piring.



Mereka mencoba menyulam.



Hasilnya berakhir : darah dimana-mana.



Sang Raja Iblis berpikir dirinya mungkin tidak berdarah sebanyak ini ketika bertarung dengan Iblis tingkat atas.



Pada akhirnya, setelah menempelkan plester setiap inci pada tangannya, dia membuatnya mencoba merajut, yang tidak memerlukan sebuah jarum.



Namun berakhir menjadi tragedi lainnya.



Sang Pahlawan yang telah lolos dari berbagai jebakan organisasi kejahatan yang tak kunjung berakhir namun sebaliknya malah terjerat oleh dua gulungan benang, memberontak untuk membebaskan diri.



Hal terakhir yang Raja Iblis perintahkan adalah membuatnya mencoba bertani.



Kemudian….sang Raja Iblis meneteskan air mata ketika itu.



Ladang tercintanya setengah hancur, dan setengah hasil panen yang telah pahlawan panen menjadi sampah tidak berguna. (Setengahnya tidak begitu bagus, juga.)



Dan begitu, sang Raja Iblis berpikir apa yang harus dilakukan pada pahlawan tidak berguna ini, dan pahlawan yang dimaksud tersedu-sedu dalam rasa putus asa.



“Mau jadi apa kalau dia bukan pahlawan?”



Baru ingin menghela nafas lagi namun, sang Raja Iblis menyadari sang pahlawan sedang tersedu-sedu di pojokkan, dan sebuah senyuman muncul pada wajahnya.



‘Dan lagi, siapa sangka dapat melihat swordmaster terhebat di seluruh benua tersedu-sedu di pojokkan seperti ini.’’



Tidak tahu kenapa, sang Raja Iblis merasa semua ini terlalu imut,



“Ya ampun, aku berharap lebih dari pahlawan tapi, berakhir kau tidak dapat melakukan apapun. Apa yang kau lakukan jika bukan pahlawan.”



Dengan suara paling kejam yang dia punya, dirinya mulai mengolok-olok pahlawan tersebut untuk bersenang-senang.



***



Author’s notes:



Seharusnya lebih dari ini besok. (lebih dari ini)

Plus, semakin cringe.