“S, seperti ini?”
“Bukan, dasar pahlawan bodoh.”
“Be, begini?”
“Pahlawan bodoh.”
“Ka,kalau gitu begini?”
“Bodoh.”
***
Menatap Yuria, hampir menangis di pojok ruangan,
sang Raja Iblis menghela nafas.
“Mungkin memang perlu sesuatu seperti bakat dalam suatu pekerjaan.”
Sebelumnya adalah orang yang kuat, Seorang Pahlawan
ketika dia pertama kali bertemu. Sekarang, di tempatnya, adalah wanita yang
merepotkan ini.
“Aku sebaiknya tidak mengucapkan apapun.”
Mereka telah menyerah memasak.
Mereka telah menyerang untuk mencuci piring.
Mereka mencoba menyulam.
Hasilnya berakhir : darah dimana-mana.
Sang Raja Iblis berpikir dirinya mungkin tidak
berdarah sebanyak ini ketika bertarung dengan Iblis tingkat atas.
Pada akhirnya, setelah menempelkan plester setiap
inci pada tangannya, dia membuatnya mencoba merajut, yang tidak memerlukan
sebuah jarum.
Namun berakhir menjadi tragedi lainnya.
Sang Pahlawan yang telah lolos dari berbagai jebakan
organisasi kejahatan yang tak kunjung berakhir namun sebaliknya malah terjerat
oleh dua gulungan benang, memberontak untuk membebaskan diri.
Hal terakhir yang Raja Iblis perintahkan adalah
membuatnya mencoba bertani.
Kemudian….sang Raja Iblis meneteskan air mata ketika
itu.
Ladang tercintanya setengah hancur, dan setengah
hasil panen yang telah pahlawan panen menjadi sampah tidak berguna. (Setengahnya tidak begitu bagus, juga.)
Dan begitu, sang Raja Iblis berpikir apa yang harus
dilakukan pada pahlawan tidak berguna ini, dan pahlawan yang dimaksud
tersedu-sedu dalam rasa putus asa.
“Mau jadi apa kalau dia bukan pahlawan?”
Baru ingin menghela nafas lagi namun, sang Raja
Iblis menyadari sang pahlawan sedang tersedu-sedu di pojokkan, dan sebuah
senyuman muncul pada wajahnya.
‘Dan lagi, siapa sangka dapat melihat swordmaster
terhebat di seluruh benua tersedu-sedu di pojokkan seperti ini.’’
Tidak tahu kenapa, sang Raja Iblis merasa semua ini
terlalu imut,
“Ya ampun, aku berharap lebih dari pahlawan tapi,
berakhir kau tidak dapat melakukan apapun. Apa yang kau lakukan jika bukan
pahlawan.”
Dengan suara paling kejam yang dia punya, dirinya
mulai mengolok-olok pahlawan tersebut untuk bersenang-senang.
***
Author’s notes:
Seharusnya lebih dari ini besok. (lebih dari ini)
Plus, semakin cringe.