Ini... Ini gawat.
Itu adalah hal pertama yang terlintas di pikiranku
ketika monster di hadapan diriku ini membuka bibir merah-tua miliknya, selagi
menerjang ke arahku dengan mulutnya yang terbuka lebar.
Di sudut pedalaman khususnya di wilayah Kerajaan
Yaaran, dan di pinggiran kerajaan terdapat sebuah kota kecil bernama Maalt.
Aku, Rentt Faina, seorang petualang rendah tingkat Bronze-class, sedang berburu
monster lemah di dalam Labirin Moon Reflection—yang, kalau boleh aku tambahkan,
dekat dengan kota kecil Maalt tersebut. Pada hari ini, kebanyakan sama seperti
hari lainnya, Aku melanjutkan perburuanku untuk Skeleton dan Goblin tanpa
berhenti, mengumpulkan bahan-bahan kecil dan bijih magical yang aku dapat.
Itu adalah rutinitas harianku, yah; pada dasarnya
aku melakukan hal yang sama setiap hari, kembali ke kota setiap sore dan
menyerahkan bahan-bahan yang telah terkumpul pada guild petualang demi
mendapatkan beberapa jumlah uang koin. Setidaknya, itu adalah apa yang aku akan
lakukan hari ini, sama seperti yang aku lakukan sebelumnya.
Namun, kekacauan pada rutinitasku yang stabil
tiba-tiba dan mendadak—berputar cepat seperti roda penggerak, jika harus
dikatakan.
Mungkin aku harus menjelaskan sedikit tentang
masalah di labirin. Karena aku telah menjalani ruang dan jalan-jalan di Moon
Reflection setiap hari, maka tidak ada kemungkinan aku akan tersesat.
Ironisnya, keterbiasaan ini menjadi kesalahanku, ketika aku menemukan sesuatu
yang tampak baru dan berbeda sepanjang rute lama dan familiar ini. Aku pikir
seseorang dapat menyebutnya nasib buruk.
Ya, mari biarkan itu.
Dalam keadaan normal, aku mungkin akan mengabaikan
hal seperti itu. Lagi pula, Petualang, seharusnya menjadi individu yang
berpetualang. Dengan dikatan seperti itu, definisi “petualang” bukanlah
menerjang masuk ke dalam suatu situasi tanpa rencana atau pengamatan terlebih
dahulu.
Namun, nyatanya, ada banyak petualang yang asal
masuk ke dalam situasi apapun—dan memalukannya aku termasuk sebagai salah satu
dari mereka, aku, juga, telah membuat kesalahan seperti itu.
Mungkin akan baik-baik saja jika aku menaikkan satu
poin perhatananku disini :
Lagi pula, Labirin Moon Reflection telah ditemukan
sejak lama. Jika menemukan ruang dan jalan baru di dalam labirin yang telah
sering dijelajahi seperti ini hampir tidak terdengar—dengan kata lain, ini
adalah penemuan besar. Seseorang akan langsung menyimpulkan bahwa sejenis
magical grimoire atau senjata dengan label harga yang tidak masuk akal berada
di ujung jalan misterius ini. Ditambah lagi, seseorang dapat mencapai tingkat
keberuntungan dan ketenaran tertentu dengan membuat peta area labirin yang sebelumnya
belum di jelajahi.
Dan begitulah akhirnya aku memasuki jalan aneh ini,
sambil pikiran kemungkinan menjadi kaya menyelimuti baik pikiran dan
penilaianku. Namun, perjalanan kehidupan penjelajahanku yang singkat ini, tidak
berakhir dengan baik. Aku segera menyadari diriku sedang berhadap-hadapan
dengan sebuah monster berukuran raksasa di dalam ruangan besar tersebut. Dan
ketika hujan turun, air akan mengalir— begitulah yang pepatah mengatakan. Dari
segala macam makhluk hidup, monster itu, adalah seekor Naga.
Kau tahu. Naga. Monster yang berdiri di puncak
monster hierarki. Biasanya, seseorang harus menjadi petualang tingkat Platinum-
atau Mithril untuk berdiri menghadapi mereka, karena mereka adalah monster
diantara monster.
Kalau dilihat, itu terlihat sedikit berbeda
dibandingkan dengan bayangan seekor Naga yang biasanya. Selagi kebanyakan Naga
terlihat dengan cara tertentu, yang satu ini benar-benar berbeda—bentuknya
seperti ular besar, atau mungkin seekor katak. Namun, tidak salah lagi monster
yang dipertanyakan ini adalah sejenis Naga—setidaknya, itu adalah apa yang aku
pikirkan.
Petualang tidak beruntung yang melintasi jalan
bersama seekor Naga biasanya tidak berhasil keluar hidup-hidup untuk dapat
menceritakan kisahnya. Karena Naga tidak biasa sering muncul dihadapan
seseorang, maka saksi mata terhitung langka, mungkin secara historis seperti
itu. Nyatanya, kau bahkan dapat menghitung keberadaan mereka, tercatat langsung
pada tangan seseorang. Legenda mengatakan bahwa tidak ada lebih dari empat Naga
seperti itu di dunia, dan kekuatan mereka bahkan dikatakan mengimbangi sang
raja iblis. Beberapa mengatakan bahwa mereka bukan monster, namun sebaliknya
adalah makhluk ilahi, sementara yang lainnya mengatakan bahwa mereka bahkan
melampaui hal tersebut.
Dengan kata lain, seseorang seperti diriku, yang
telah tertahan pada tingkat Bronze-class selama bertahun-tahun walaupun sudah
melakukan yang terbaik, akan dikalahkan dan benar-benar hancur jika Naga
tersebut mengangkat jari kecilnya.
—Untuk beberapa saat, Aku bertanya-tanya apa bahkan
Naga sebenarnya memiliki sebuah jari.
Karena seekor Naga muncul di hadapanku, aku tidak
punya pilihan selain terkejut—lagi pula, aku sama sekali tidak berpikir atau
berilusi untuk melawannya. Inilah, terutama, adalah alasan kenapa aku
memutuskan untuk lari. Jika aku tidak lari, aku pasti akan mati—dan begitu
kakiku mulai begerak, seharusnya begitu.
Namun kemudian—
Aku rasa seekor Naga benar-benar monster diantara
monster, karena Naga itu segera menyadari usaha dan niatku untuk melarikan
diri. Mungkin itu tidak memiliki alasan untuk menyadarinya, sama seperti yang
tidak tahu kenapa seperti membeku ditempat. Hanya seperti itu, aku sadar tidak
bisa bergerak.
Mungkin lebih tepat mengatakannya jika tubuhku
sendiri menolak untuk bergerak. Tubuhku bahkan tidak menyentak. Seorang
individu normal akan bertanya alasan di balik kejadian ini—Jika mereka adalah,
katakan saja, orang normal yang tidak pernah berhadapan dengan monster
sebelumnya.
Namun, berkat pengalaman panjangku sebagai
petualang, tidak sulit bagiku untuk memahami situasi saat ini. Pada akhirnya
petualang belajar membaca lawan mereka terlepas dari sifat alaminya, baik
mereka manusia ataupun monster. Singkatnya, tekanan dan aura yang dilepaskan
oleh makhluk berkekuatan tinggi terkadang cukup untuk menekan atau
mengintimidasi yang lemah; mereka bilang ini seperti dihancurkan oleh beban
berat, yang tidak terlihat.
Paling tidak, seperti itulah rumor berlalu. Namun
apa yang aku alami tepat seperti itu.
Tidak mampu menahan tekanan yang keluar dari Naga
tersebut, aku tidak bisa bergerak, benar-benar terikat oleh tanah. Ketika
menyadari situasiku, aku berdoa dari lubuk hatiku agar Naga tersebut
mengampuniku. Namun, tidak mungkin itu terjadi. Ini, aku sangat mengerti.
Pada saat itu, aku hanya bisa berdiri dan melihat
Naga tersebut melangkah mendekat ke arahku—sambil berdoa bahwa itu akan
mengubah pikirannya mengenai ingin memakanku. Namun, kenyataan, tidak begitu
memaafkan.
Setelah melihat keberadaanku, Naga tersebut dengan
cepat membuka mulutnya, menerjang ke arahku. Tentu saja itu akan
memakanku—seperti yang diduga. Itu adalah kesimpulan yang aku dapat selagi
merenung, dengan cukup tenang, dihadapan kematian.
Ketika itu juga, suara kecil di kepalaku mengingatkan
betapa mengerikannya situasi ini, dan kenyataan bahwa aku akan segera mati. Mau
bagaimana lagi, namun—tubuhku pada dasarnya tidak akan bergerak.
Sudah hampir sepuluh tahun sejak aku pertama kali
menjadi seorang petualang pada umur 15. Pada saat itu, aku percaya bahwa suatu
hari aku akan melampaui tingkat Platinum-class dan menjadi salah satu dari
sedikit legenda petualang Mithril-class—Itu adalah impianku ketika aku pertama
kali memulainya.
Jadi, aku mengambil quest sederhana, memperoleh
penghasilan harianku selagi terus memimpikan masa depan seperti itu. Ketika aku
menyelesaikan quest harianku, aku akan melanjutkan latihan harian sesuai aturan
hidupku. Dan meskipun aku melakukan semua itu, tampaknya itu semua akan
berakhir disini.
Ini menyedihkan; sungguh sial, ya, tapi benar-benar
menyedihkan.
Dengan perasaan benar-benar menyesal, dan sebuah
rasa menyerah yang aneh mengetahui bahwa hidupku yang relatif tanpa tujuan akan
berakhir di sini dan saat ini, tubuhku tertelan ke dalam mulut Naga tersebut—dan
itu adalah akhirnya.
◆◇◆◇◆
Namun, apa yang tidak aku bayangkan, adalah sensasi
aneh ketika terbangun setelah jangka waktu yang tidak aku tahu. Tampaknya aku
telah terbangun, terlepas dari bagaimana aku yakin diriku telah dimakan oleh
seekor Naga, dan bagaimana aku telah memastikan kematianku dengan mata kepalaku
ini. Namun disini aku, terbangun.
Dan kemudian aku sadar—
Tunggu. Tidak, tidak tidak tidak. Mustahil.
Itu adalah apa yang aku pikirkan ketika bangun,
memastikan situasi disekitarku.
Semua ini tampak mustahil, terutama masalah mengenai
apa yang terjadi pada tubuhku. Aku tidak mengerti apa yang terjadi; meski
begitu, pertama, melihat ke arah tanganku.
Pada saat itulah kenyataan memukulku. Tidak ada
daging pada tanganku—meski seharusnya ada—dan tidak ada kulit, juga.
Sebenarnya, semua yang tersisa pada apa yang dulunya tanganku adalah
serangkaian tulang tipis, berwarna putih.
—Dan semua itulah yang ada di tanganku.
Namun, penyakit aneh ini tidak berhenti di tanganku
saja, tampaknya itu juga diderita pada setiap inchi tubuhku. Kakiku, juga,
seperti tulang pada umumnya—tanpa daging atau kulit dimanapun. Sama seperti
pahaku, juga seperti kedua tanganku.
Dan untuk wajahku... Yah. Itu bukan hal biasa bagi
petualang untuk membawa cermin sederhana. Tidak perlu di katakan lagi, aku
tidak memiliki itu. Aku akan berasumsi berdasarkan pikiran terpelajar bahwa
mungkin aku memiliki wajah seperti tengkorak. Dengan kata lain:
Aku, Rentt Faina, petualang rendah tingkat
Bronze-class, tampaknya telah melakukan pergantian kelas dari “Petualang”
menjadi “Skeleton” pada saat ini.
Mustahil...