Wednesday, 30 May 2018

Volume 1 - Prolog




Ini... Ini gawat.


Itu adalah hal pertama yang terlintas di pikiranku ketika monster di hadapan diriku ini membuka bibir merah-tua miliknya, selagi menerjang ke arahku dengan mulutnya yang terbuka lebar.

Di sudut pedalaman khususnya di wilayah Kerajaan Yaaran, dan di pinggiran kerajaan terdapat sebuah kota kecil bernama Maalt. Aku, Rentt Faina, seorang petualang rendah tingkat Bronze-class, sedang berburu monster lemah di dalam Labirin Moon Reflection—yang, kalau boleh aku tambahkan, dekat dengan kota kecil Maalt tersebut. Pada hari ini, kebanyakan sama seperti hari lainnya, Aku melanjutkan perburuanku untuk Skeleton dan Goblin tanpa berhenti, mengumpulkan bahan-bahan kecil dan bijih magical yang aku dapat.

Itu adalah rutinitas harianku, yah; pada dasarnya aku melakukan hal yang sama setiap hari, kembali ke kota setiap sore dan menyerahkan bahan-bahan yang telah terkumpul pada guild petualang demi mendapatkan beberapa jumlah uang koin. Setidaknya, itu adalah apa yang aku akan lakukan hari ini, sama seperti yang aku lakukan sebelumnya.

Namun, kekacauan pada rutinitasku yang stabil tiba-tiba dan mendadak—berputar cepat seperti roda penggerak, jika harus dikatakan.

Mungkin aku harus menjelaskan sedikit tentang masalah di labirin. Karena aku telah menjalani ruang dan jalan-jalan di Moon Reflection setiap hari, maka tidak ada kemungkinan aku akan tersesat. Ironisnya, keterbiasaan ini menjadi kesalahanku, ketika aku menemukan sesuatu yang tampak baru dan berbeda sepanjang rute lama dan familiar ini. Aku pikir seseorang dapat menyebutnya nasib buruk.

Ya, mari biarkan itu.

Dalam keadaan normal, aku mungkin akan mengabaikan hal seperti itu. Lagi pula, Petualang, seharusnya menjadi individu yang berpetualang. Dengan dikatan seperti itu, definisi “petualang” bukanlah menerjang masuk ke dalam suatu situasi tanpa rencana atau pengamatan terlebih dahulu.

Namun, nyatanya, ada banyak petualang yang asal masuk ke dalam situasi apapun—dan memalukannya aku termasuk sebagai salah satu dari mereka, aku, juga, telah membuat kesalahan seperti itu.

Mungkin akan baik-baik saja jika aku menaikkan satu poin perhatananku disini :

Lagi pula, Labirin Moon Reflection telah ditemukan sejak lama. Jika menemukan ruang dan jalan baru di dalam labirin yang telah sering dijelajahi seperti ini hampir tidak terdengar—dengan kata lain, ini adalah penemuan besar. Seseorang akan langsung menyimpulkan bahwa sejenis magical grimoire atau senjata dengan label harga yang tidak masuk akal berada di ujung jalan misterius ini. Ditambah lagi, seseorang dapat mencapai tingkat keberuntungan dan ketenaran tertentu dengan membuat peta area labirin yang sebelumnya belum di jelajahi.

Dan begitulah akhirnya aku memasuki jalan aneh ini, sambil pikiran kemungkinan menjadi kaya menyelimuti baik pikiran dan penilaianku. Namun, perjalanan kehidupan penjelajahanku yang singkat ini, tidak berakhir dengan baik. Aku segera menyadari diriku sedang berhadap-hadapan dengan sebuah monster berukuran raksasa di dalam ruangan besar tersebut. Dan ketika hujan turun, air akan mengalir— begitulah yang pepatah mengatakan. Dari segala macam makhluk hidup, monster itu, adalah seekor Naga.

Kau tahu. Naga. Monster yang berdiri di puncak monster hierarki. Biasanya, seseorang harus menjadi petualang tingkat Platinum- atau Mithril untuk berdiri menghadapi mereka, karena mereka adalah monster diantara monster.

Kalau dilihat, itu terlihat sedikit berbeda dibandingkan dengan bayangan seekor Naga yang biasanya. Selagi kebanyakan Naga terlihat dengan cara tertentu, yang satu ini benar-benar berbeda—bentuknya seperti ular besar, atau mungkin seekor katak. Namun, tidak salah lagi monster yang dipertanyakan ini adalah sejenis Naga—setidaknya, itu adalah apa yang aku pikirkan.

Petualang tidak beruntung yang melintasi jalan bersama seekor Naga biasanya tidak berhasil keluar hidup-hidup untuk dapat menceritakan kisahnya. Karena Naga tidak biasa sering muncul dihadapan seseorang, maka saksi mata terhitung langka, mungkin secara historis seperti itu. Nyatanya, kau bahkan dapat menghitung keberadaan mereka, tercatat langsung pada tangan seseorang. Legenda mengatakan bahwa tidak ada lebih dari empat Naga seperti itu di dunia, dan kekuatan mereka bahkan dikatakan mengimbangi sang raja iblis. Beberapa mengatakan bahwa mereka bukan monster, namun sebaliknya adalah makhluk ilahi, sementara yang lainnya mengatakan bahwa mereka bahkan melampaui hal tersebut.

Dengan kata lain, seseorang seperti diriku, yang telah tertahan pada tingkat Bronze-class selama bertahun-tahun walaupun sudah melakukan yang terbaik, akan dikalahkan dan benar-benar hancur jika Naga tersebut mengangkat jari kecilnya.

—Untuk beberapa saat, Aku bertanya-tanya apa bahkan Naga sebenarnya memiliki sebuah jari.

Karena seekor Naga muncul di hadapanku, aku tidak punya pilihan selain terkejut—lagi pula, aku sama sekali tidak berpikir atau berilusi untuk melawannya. Inilah, terutama, adalah alasan kenapa aku memutuskan untuk lari. Jika aku tidak lari, aku pasti akan mati—dan begitu kakiku mulai begerak, seharusnya begitu.

Namun kemudian—

Aku rasa seekor Naga benar-benar monster diantara monster, karena Naga itu segera menyadari usaha dan niatku untuk melarikan diri. Mungkin itu tidak memiliki alasan untuk menyadarinya, sama seperti yang tidak tahu kenapa seperti membeku ditempat. Hanya seperti itu, aku sadar tidak bisa bergerak.

Mungkin lebih tepat mengatakannya jika tubuhku sendiri menolak untuk bergerak. Tubuhku bahkan tidak menyentak. Seorang individu normal akan bertanya alasan di balik kejadian ini—Jika mereka adalah, katakan saja, orang normal yang tidak pernah berhadapan dengan monster sebelumnya.

Namun, berkat pengalaman panjangku sebagai petualang, tidak sulit bagiku untuk memahami situasi saat ini. Pada akhirnya petualang belajar membaca lawan mereka terlepas dari sifat alaminya, baik mereka manusia ataupun monster. Singkatnya, tekanan dan aura yang dilepaskan oleh makhluk berkekuatan tinggi terkadang cukup untuk menekan atau mengintimidasi yang lemah; mereka bilang ini seperti dihancurkan oleh beban berat, yang tidak terlihat.

Paling tidak, seperti itulah rumor berlalu. Namun apa yang aku alami tepat seperti itu.

Tidak mampu menahan tekanan yang keluar dari Naga tersebut, aku tidak bisa bergerak, benar-benar terikat oleh tanah. Ketika menyadari situasiku, aku berdoa dari lubuk hatiku agar Naga tersebut mengampuniku. Namun, tidak mungkin itu terjadi. Ini, aku sangat mengerti.

Pada saat itu, aku hanya bisa berdiri dan melihat Naga tersebut melangkah mendekat ke arahku—sambil berdoa bahwa itu akan mengubah pikirannya mengenai ingin memakanku. Namun, kenyataan, tidak begitu memaafkan.

Setelah melihat keberadaanku, Naga tersebut dengan cepat membuka mulutnya, menerjang ke arahku. Tentu saja itu akan memakanku—seperti yang diduga. Itu adalah kesimpulan yang aku dapat selagi merenung, dengan cukup tenang, dihadapan kematian.

Ketika itu juga, suara kecil di kepalaku mengingatkan betapa mengerikannya situasi ini, dan kenyataan bahwa aku akan segera mati. Mau bagaimana lagi, namun—tubuhku pada dasarnya tidak akan bergerak.

Sudah hampir sepuluh tahun sejak aku pertama kali menjadi seorang petualang pada umur 15. Pada saat itu, aku percaya bahwa suatu hari aku akan melampaui tingkat Platinum-class dan menjadi salah satu dari sedikit legenda petualang Mithril-class—Itu adalah impianku ketika aku pertama kali memulainya.

Jadi, aku mengambil quest sederhana, memperoleh penghasilan harianku selagi terus memimpikan masa depan seperti itu. Ketika aku menyelesaikan quest harianku, aku akan melanjutkan latihan harian sesuai aturan hidupku. Dan meskipun aku melakukan semua itu, tampaknya itu semua akan berakhir disini.

Ini menyedihkan; sungguh sial, ya, tapi benar-benar menyedihkan.

Dengan perasaan benar-benar menyesal, dan sebuah rasa menyerah yang aneh mengetahui bahwa hidupku yang relatif tanpa tujuan akan berakhir di sini dan saat ini, tubuhku tertelan ke dalam mulut Naga tersebut—dan itu adalah akhirnya.



◆◇◆◇◆



Namun, apa yang tidak aku bayangkan, adalah sensasi aneh ketika terbangun setelah jangka waktu yang tidak aku tahu. Tampaknya aku telah terbangun, terlepas dari bagaimana aku yakin diriku telah dimakan oleh seekor Naga, dan bagaimana aku telah memastikan kematianku dengan mata kepalaku ini. Namun disini aku, terbangun.

Dan kemudian aku sadar—

Tunggu. Tidak, tidak tidak tidak. Mustahil.

Itu adalah apa yang aku pikirkan ketika bangun, memastikan situasi disekitarku.

Semua ini tampak mustahil, terutama masalah mengenai apa yang terjadi pada tubuhku. Aku tidak mengerti apa yang terjadi; meski begitu, pertama, melihat ke arah tanganku.

Pada saat itulah kenyataan memukulku. Tidak ada daging pada tanganku—meski seharusnya ada—dan tidak ada kulit, juga. Sebenarnya, semua yang tersisa pada apa yang dulunya tanganku adalah serangkaian tulang tipis, berwarna putih.

—Dan semua itulah yang ada di tanganku.

Namun, penyakit aneh ini tidak berhenti di tanganku saja, tampaknya itu juga diderita pada setiap inchi tubuhku. Kakiku, juga, seperti tulang pada umumnya—tanpa daging atau kulit dimanapun. Sama seperti pahaku, juga seperti kedua tanganku.

Dan untuk wajahku... Yah. Itu bukan hal biasa bagi petualang untuk membawa cermin sederhana. Tidak perlu di katakan lagi, aku tidak memiliki itu. Aku akan berasumsi berdasarkan pikiran terpelajar bahwa mungkin aku memiliki wajah seperti tengkorak. Dengan kata lain:

Aku, Rentt Faina, petualang rendah tingkat Bronze-class, tampaknya telah melakukan pergantian kelas dari “Petualang” menjadi “Skeleton” pada saat ini.


Mustahil...