Friday, 4 May 2018

Cicada Dragon - Chapter 1

Chapter 1: Seekor Jangkrik Terbang dengan Sayap Naga


Diterjemahkan oleh Big Saber bro.
Silahkan berkomentar apabila kalian menemukan misstranslate, kesalahan kata, atau masalah lainnya.




Ketika seseorang benar-benar hidup, hidup, hidup, orang tersebut tidak mengetahui awal dari kehidupannya.
Ketika seseorang mati, mati, mati, orang tersebut tidak mengetahui akhir atau kematiannya. (Kuukai)

Pancaran kehidupannya lebih singkat dari pada kedipan sebuah bintang jatuh, api kehidupannya dengan cepat berlalu seperti ringannya hujan salju.

Kematiannya damai tanpa perasaan, temperatur, ataupun aroma, hanya sekedar hitam tanpa gravitasi dan cakrawala.

Orang itu telah mati dalam kegelapan dan menggenggam cahaya kehidupan yang telah diberikan padanya, kalau begitu bukankah kehidupan dan kematiannya menjadi hampir tidak ada?
Karena dirinya telah hampir menghabiskan seluruh kehidupan singkatnya dalam kegelapan.


Aku dilahirkan dalam sebuah telur dan hidup dalam kegelapan sampai pada hari musim panas ketujuhku sampai aku akhirnya bisa keluar. Aku telah hidup dalam perasaan takut kepada semut and tikus tanah sampai waktu itu.

Aku pikir hanya ada kegelapan dan tikus tanah pada waktu itu, dikarenakan tinggal dalam lingkungan seperti itu selama tujuh tahun.

Kegelapan abadi tanpa akhir… namun diriku gemetar karena bahagia ketika aku menemukan cahaya.

Aku menyapa kabut pagi pada hari itu saat aku keluar dari cangkangku dan untuk pertama kalinya aku belajar mengenai hal yang disebut kehidupan.

Cahaya.

Cahaya matahari pagi perlahan mulai mengungkapkan sifat aslinya.

Sinar pink lembut dari cahaya tersebut segera merubah sudut dan warnanya.
Ketika matahari tersebut telah naik ke atasku aku tersinari oleh pancarannya sampai mataku terasa buram dan bagian luar cangkangku terbakar panas dari terik matahari.
Sebuah angin berhembus tajam layak ribuan bulu lembut menerpaku, dan aroma rumput yang kuat menyembuhkan indera penciumanku yang tidak bisa diandalkan ini.

Ah, begitu kejamnya kehidupan itu.

Dalam pancaran matahari yang tajam mata kecil dan tanpa pelindungku ini bergetar akibat rasa pusing.

Cahaya sudah pastilah kehidupan. Kehidupan yang bersinar dengan tajam.

Tanpa menyadarinya aku mengepakan sayapku ke udara.

Aku mempelajarinya dari seseorang, instingku mengerti bagaimana caranya terbang.

Betapa indahnya bisa terbang di langit…hanya mereka yang bisa terbang dapat memahaminya.

Dibandingkan dengan burung migrasi yang terbang tinggi di langit, sampai-sampai sayap kecilku yang dapat mengepak terlihat seperti merangkak di tanah, tapi itu sudah cukup bagi diriku yang kecil ini.

Aku berlarian di bawah cahaya pertengahan musim panas yang terhenti ini. Pada waktu itu, tidak salah lagi aku hidup.

Di bawah rasa panas dan atmosfir yang berat, aku mengepakan sayapku sampai sayapku berguncang  and terus terbang hingga siang hari.

Hujan terjatuh melalui bayang-bayang di bawah kanopi pepohonan,

Aku sering terbang melarikan diri dari paruh gagak yang lapar,

dan aku menyelinap melalui jaring-jaring serangga yang menangkap mangsanya,

Terbang, terbang, terbang, terbang…

Kemudian aku sadar diriku terbaring di atas tanah.

Aku menyadari sekelompok malaikat maut mendekatiku, aku mengerti bahwa ini adalah kematianku bahkan ketika aku memikirkannya dengan bundelan serat syaraf yang tidak bisa disebut sebagai otak ini.

Pandanganku mulai menjadi gelap dan aku samar-samar kembali mengingat kehidupanku.

Meskipun hanya untuk waktu yang singkat aku telah hidup di udara. Aku menjadi satu dengan angin. Aku bermain bersama dengan cahaya matahari yang bersinar melalui pepohonan.

Meskipun diriku hanya pecahan dari dunia yang luas, Aku telah dapat berpetualang.

Di atas tanah aku melihat teman-temanku kehilangan hidup mereka di tengah-tengah kemunculannya. Apakah aku beruntung menyelesaikan seluruh kehidupanku?

Cahaya selama tiga minggu tentu saja adalah sinar menyilaukan yang menulis ulang tujuh tahun dalam kegelapan.

Oleh karena itu aku hampir terpuaskan dengan mengakhiri kehidupanku sebagai seekor jangkrik.

…Hampir?

Yah. Hanya ada satu penyesalan dalam hidupku.

Pada saat cahaya terakhir menghilang dari mataku, bersamaan dengan nafas terakhir yang keluar dari batang ternggorokan ini, aku hanya memikirkan satu hal.

Satu kali pun tidak apa, Aku ingin bersetubuh dengan jangkrik betina…
T/N : Holyshit!

Tanpa mengalami hal tersebut…ketika aku berpikir bahwa hidupku berakhir tanpa mengetahui cinta, insting dari spesies, keinginan untuk bangkit dan sanggup untuk bersetubuh, aku tergoda.
Sebelum mati alat kelamin kecilku yang seperti jarum mulai berdetak.

Dalam momen-momen terakhir itu aku bakar dengan nafsu, dan di dalam kegelapan mutlak kematian bara api tetap berasap.

Dalam pikiran, aku pikir bahwa penyesalan pada keinginan itu mungkin telah mengikatku pada kehidupan selanjutnya.

Dunia setelah kematian.

Kegelapan sepenuhnya mengelilingiku. Tidak ada ketidakteraturan atau kilauan dalam warna hitam, namun hanya satu pecahan terakhir tidak terwarnai sepenuhnya.

Apakah itu instan atau sebuah keabadian? Kegelapan yang tidak akan berakhir sekali lagi tertusuk oleh sinar cahaya dan kehidupan keduaku dimulai.

Cahaya.

Jadi itu adalah cahaya.

Cahaya tersebut tidak diragukan lagi dibawakan oleh sang mentari.

Aku dapat bertemu matahari sekali lagi. Aku tidak berpikir akan mendapat kesempatan untuk menyembahnya lagi. Tiba-tiba, seperti sebuah tsunami, pengetahuan luas mengalir ke dalam diriku.

Yang disebut upacara kesuksesan berakhir dan aku kehilangan kesadaran selama satu minggu.

Satu minggu berlalu. Ketika semua pengetahuan yang diperoleh akhirnya stabil dalam otak miliku, aku menyadari banyak hal.

Keadaan dunia ini, nama dari keberadaanku, reversibel, universal, segalanya aku mengerti.

Makhluk kecil dalam kehidupanku sebelumnya adalah seekor jangkrik.

Dunia ini dan dunia dimana aku berada sebelumnya benar-benar dunia yang berbeda.

Bermacam-macam ras termasuk manusia ada di dunia ini.

Ada makhluk yang berada di puncak dan menguasai semua makhluk di dunia ini : seekor Naga.

Pulau besar yang saat ini aku tinggali berjarak ribuan kilometar jauhnya dari benua yang manusia tinggali.

Naga terakhir dunia ini telah tinggal di pulai ini selama beberapa generasi sejak zaman kuno.

Sebelum kematiannya, naga tersebut meninggalkan segala kekuatan dan pengetahuan, menempatkannya pada telur yang akan dilahirkan.

Dan yang keluar dari telur tersebut…adalah aku.

Di dalamku dipenuhi dengan kebijaksanaan tingkat sage dan kekuatan tak terbatas.

Membentang keluar dengan cahaya baru adalah langit biru tua.

Sebelum aku menyadarinya aku melebarkan sayapku di udara.

Waktuku sebagai jangkrik tidak bisa dibandingkan dengan tubuh ini, sayapku tidak terbandingkan kuatnya, mengepakannya di bawah sinar matahari.

Tanah dengan cepat menjadi lebih kecil dan langit perlahan-lahan mulai mendekat.

Ketika aku melewati gumpalan awan dimana sayap kecil jangkrikku tidak akan pernah sampai, aku tertawa dari dasar perutku.

Memikirkan kehidupanku sebelumnya dan bagaimana aku terlahir kembali, diriku mulai tertawa.

Aku tidak bisa tertawa dikarenakan otak jangkrik yang kecil.

Lihat! Tubuh baru ini.

Tangan dan kakiku yang tipis seperti kawat telah menjadi tebal dan kuat, sedemikian rupa sehingga tangan dan kakiku bahkan bisa mengangkat gunung batu besar.

Sayap tipisku yang selalu tertiup oleh angin sekarang dapat menciptakan badai ketika aku mengepakannya.

Cangkang luar rapuhku sekarang tertutupi oleh sisik terkuat dibandingkan mineral apapun.

Rahangku yang hanya bisa menyedot getah sekarang bisa menghancurkan bahkan cangkang kura-kura besi.

Makhluk rendahan yang disebut jangkrik telah menjadi makhluk unggul, seekor naga. Nasib itu aneh, kan?

Seekor jangkrik, kesampingkan makhluk dari dunia lain, tidak perlu mengetahui alasan kenapa dirinya diwarisi tubuh dan pengetahuan seekor naga.

Sekarang karena dirinya Naga hal-hal lain mulai menjadi sepele.

Aku tentu masih memiliki ingatan pada waktu seekor jangkrik, namun ingatan kecil seperti itu akan segera menghilang dari ingatanku.

Aku adalah naga.

Bodoh rasanya jika membandingkan ini dengan waktuku sebagai jangkrik, umur panjang menungguku saat ini.

Aku tidak lagi takut oleh jaring-jaring serangga ataupun paruh seekor gagak, kehidupan sebagai yang kuat telah menungguku saat ini.

Pengetahuan baruku mengatakan.

Saat ini aku adalah makhluk terkuat di dunia. Segala makhluk hidup di atas tanah hanya bisa gemetar mendengar aumanku.

Dalam dunia baru ini tidak ada yang perlu ditakuti dan aku harus menikmati kehidupan yang diberikan ini sepenuhnya!

Saat ini aku adalah langit…tidak, diriku telah menjadi raja dunia ini!

Aku bernyanyi dengan suara keras untuk memulai kehidupanku sebagai seekor naga!

“Miin min min min Miin min min min”

Bergema dalam dunia adalah laguku mengenai suka cita dan masa bercumbu.