◆◇◆◇◆
Existensi Evolusi dari Skeleton menjadi Ghoul adalah
hal pertama untuk dicapai. Meskipun aku telah memutuskan arah tujuanku, aku
tidak yakin mengenai tingkat kemampuan bertarungku.
Aku hanyalah seorang petualang tingkat rendah
Bronze-class yang merupakan tingkat hampir paling dasar di guild. Namun, aku
memang, jauh lebih baik jika dibandingkan dengan petualang Iron-class, yang
merupakan pemula diantara pemula. Secara umum kemampuan bertarungku biasa saja,
mengalah satu atau dua Goblin dan Skeleton adalah hal yang dapat aku lakukan,
dan itu masih dalam batas aman. Setidaknya aku dapat melakukan sebanyak
itu—Meskipun aku mungkin tidak mengalahkannya tanpa terluka.
Jika ada tiga musuh atau lebih, meski sedikit sulit,
entah bagaimana, tapi aku masih bisa menang. Jika ada empat atau lebih, aku
pasti akan melarikan diri; Jika ada lima, tamatlah riwayatku. Itulah yang
terlihat pada saat ini.
Namun, tidak adil, jika menyebutku lemah. Aku tidak
terlalu peduli pada awalnya, dengan memulai perjalananku sebagai petualang
selama satu dekade yang lalu. Namun aku telah berlatih keras selama hampir 20
tahun. Bahkan, aku sebenarnya ingin merasa dikasihani saat ini—Aku telah
berlatih selama itu, namun hanya dapat melakukan sebanyak ini.
Jika seseorang bertanya kenapa aku menghabiskan
waktu dan usaha untuk latihan begitu banyak, hanya demi hasil yang tak begitu
banyak, maka jawabannya sederhana: Aku tidak memiliki cadangan mana, spirit,
atau divinity yang cukup. Ditambah lagi, aku tidak memiliki cukup bakat yang
dibutuhkan untuk mengendalikan cadangan kekuatanku yang sedikit ini. Dapat
dikatakan ini adalah masalah yang sangat fatal pada setiap perkembangan
petualang.
Jujur saja, aku sebenarnya menghargai beberapa
pujian karena telah membuatnya sampai seperti ini.
Sepertinya aku belum menjelaskan apa itu magic,
spirit, dan divinity. Pertama-tama, mari kita bicarakan mengenai sifat mana.
Mana adalah persyaratan yang dibutuhkan untuk merapal sebuah kalimat
magical—cadangan energi magical misterius ini jarang dimiliki oleh beberapa
orang. Jika disederhanakan, mereka yang diberkati mana ketika lahir maka dapat
membuat api dan angin tanpa menggunakan alat, menyebabkan air mengalir bebas
dari mana saja, dan dapat mempengaruhi tanah sehingga dapat bergerak dengan
sendirinya. Untuk beberapa alasan, magic adalah kemampuan yang sangat berguna.
Meskipun masing-masing rasio berbeda diantara
bermacam ras berakal yang menghuni tanah ini, kurang lebih satu dalam setiap 50
manusia terlahir dengan mana dalam kehidupannya. Ini bukanlah jumlah yang
kecil.
Namun, mereka yang sukses menjadi Mage dengan mana
dan bakat yang cukup terhitung satu dalam seribu—selangka itulah anugrah ini.
Namun, selama pengguna tersebut memiliki mana dalam jumlah tertentu magic
sederhana seperti Venerable Fireball Foteia Borivaas[1], atau Earthen Arrow Gie Vieros[2], dapat dirapal
tanpa kesulitan. Meski, untuk memproses serangan magic yang terlampau belum
sempurna, seseorang memerlukan kombinasi antara mana dan bakat yang disebutkan
tadi, yang hanya dimiliki oleh satu diantara seribu manusia biasa.
Mungkin ada gunanya menyadari hal itu, meski aku
memiliki cadangan mana ketika lahir, namun jumlahnya benar-benar rendah—hampir
tidak sedikitpun memenuhi persyaratan untuk menjadi mage yang kuat. Lagi pula,
aku bahkan tidak bisa merapal satu serangan magic tingkat rendah meskipun aku
telah berlatih selama ini. Kurangnya bakatku dalam bidang ini sangatlah jelas.
Namun, dengan magic, aku bisa membuat air untuk
diminum dan bara api untuk menyalakan api unggun kecil. Untuk itu, aku
bersyukur, bahkan jika anugrah tersebut kecil. Namun aku masih sangat menyesal
karena tidak dapat menggunakan magic untuk bertarung.
Penjelasan mengenai spirit sepertinya akan
berangkaian. Terkadang disebut oleh kebanyakan nama lain, seperti “Chakra” atau
“Prana,”[3] spirit adalah energi kehidupan seluruh makhluk hidup.
Tidak seperti magic, spirit adalah akar dari segala
makhluk hidup, dan oleh karena itu terdapat pada setiap dan seluruh makhluk
hidup. Jika seseorang dapat menggunakannya dengan benar, orang tersebut dapat
memperkuat tubuhnya sendiri, meningkatkan daya serangnya, dan bahkan memperoleh
stamina diatas manusia biasa. Namun, karena sebagian besar orang secara tidak
sadar menggunakan spirit sebagai alat bertahan hidup, hanya sedikit yang menyadari
potensi sesungguhnya.
Di samping itu, meskipun seseorang sadar akan spirit
mereka sendiri, tingkat latihan signifikan diperlukan untuk dapat
menggunakannya, selain itu juga memerlukan bakat alami untuk mengalirkan energi
kehidupan seseorang.
Dalam kasusku, meski aku sadar akan keberadaannya,
aku tidak memiliki cukup kontrol pada spiritku untuk benar-benar
memanfaatkannya secara efektif. Namun meski begitu, aku dapat memperkuat daya
serangku sebanyak 1.5 kali dalam satu hari—Secara pribadi, aku mempertimbangkan
kemampuan ini sebagai senjata rahasiaku. Meskipun meningkatkan daya serang
memerlukan jumlah energi kehidupan yang besar, ini pasti terlihat seperti trik
anak-anak dihadapan orang yang benar-benar berlatih seni spirit.
Terakhir tapi bukan akhir akan menjadi penjelasan
mengenai divinity. Aku rasa kau dapat mengatakan ini lebih langka dibandingkan
mana, karena kebanyakan orang sama sekali tidak memiliki afinitas untuk ini.
Dikatakan bahwa divinity dianugrahkan kepada manusia oleh sebuah makhluk
mistik, seperti dewa atapun peri. Memiliki cadangan divinity dalam dirinya
sendiri memang termasuk sebagai hal langka, dan kebanyakan orang yang
dianugrahi oleh hal tersebut akan bekerja untuk gereja.
Tergantung bagaimana menggunakannya, divinity
diketahui untuk membantu penyembuhan dan pemurnian yang, pada tingkat tertentu,
dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit atau memurnikan undead. Pemilik
cadangan divinity yang lebih besar bahkan dapat memurnikan wilayah yang telah
terkontaminasi.
Di tambah lagi, karena bersifat sebagai kemampuan
yang dianugrahi oleh makhluk mistik, beberapa orang beruntung yang memiliki
divinity dapat berkomunikasi dengan Dewa atau para Peri. Dalam beberapa kasus,
bahkan status sosial mereka meningkat menjadi terkemuka.
Dalam masalah ini, jika kita bicara mengenai orang
biasa, mereka mungkin tidak akan memiliki divinity sekecil apapun. Tapi aku,
tidak tahu kenapa, memiliki potongan divinity dalam diriku. Meski begitu,
potongan hanyalah potongan, jadi itu berada diluar kemampuanku.
Kalau tidak salah, potongan divinity ini berasal
dari sebuah kejadian ketika aku muda, dimana untuk beberapa alasan, aku
memutuskan, untuk memperbaiki semacam kuil yang telah rusak. Para roh yang
menghuni kuil itu mungkin melihatku cocok untuk diberkati, dan seperti itulah.
Meskipun aku dapat menggunakan seni mistik sejak
kecil, yang dapat aku lakukan hanyalah memurnikan air kotor sehingga dapat
diminum kembali, atau membersihkan luka yang terinfeksi. Hal seperti menutup
luka secara instan atau memurnikan wilayah yang terkontaminasi, merupakan hal,
diluarkan kemampuanku.
Namun, itu masih, merupakan skill yang berguna untuk
dimiliki. Terkadang, aku sadar berterima kasih pada peri atau roh itu dari
lubuk hatiku.
Dan seperti itulah penjelasanku mengenai alasan
betapa sulitnya bagiku untuk meningkatkan kekuatanku sebagai petualang hanya
dengan bakat dan kemampuan seperti ini. Lagi pula, cadangan mana dan divinity
yang aku miliki itu kecil, dan bahkan aki sadar bahwa diriku sebenarnya tidak
cocok untuk berpetualang.
Perlu dicatat individu yang memiliki ketiga
kemampuan tersebut adalah hal langka. Nyatanya, aku tidak ingat pernah bertemu
orang lain yang sedikit sepert diriku ini. Sialnya, diiringi faktor penting
yang tidak memenuhi kuantitas, namun tingkat bakat dan kekuatan yang seseorang
miliki, orang tersebut juga dapat mengatakannya aku benar-benar tidak
beruntung.
Kebanyakan orang yang terinspirasi menjadi petualang
biasanya memiliki sifat bawaan yang menonjol diantara tiga kemampuan
tersebut(Magic, Spirit, Divinity)—yah, sekitar, setengahnya seperti itu. Orang
sepertiku, yang tidak berada disini maupun disana, merupakan masalah yang
jarang ditemui. Sebaliknya, mungkin orang sepertiku akan mengambil pekerjaan
normal, yang tidak perlu bertarung, dan akan menghabiskan seluruh hidupnya di
tempat yang relatif aman. Aku, juga, harusnya telah melakukan itu; setidaknya,
ini adalah apa yang akan aku katakan dalam pikiranku.
Namun: kenyataan bahwa aku memiliki mimpi besar,
adalah satu hal yang mencegahku melakukan apa yang seharusnya telah aku
lakukan.
Sejak aku kecil, aku telah mengejarnya, dan terus
berusaha—untuk menjadi petualang Mithril-class. Tidak mungkin aku dapat
menyerah setelah semua ini.
Namun hasil mimpi besar ini, aku tampaknya telah
berakhir menjadi semacam Skeleton. Karena tidak bisa berkomentar banyak
mengenai masalah ini, aku masih belum merasa harus menyerah.
Kesampingkan penampilanku saat ini, aku sepertinya
tidak benar-benar mati. Meski aku tidak mengerti kenapa aku masih hidup pada
saat ini, aku merasa seperti aku berada pada ujung yang lebih menguntungkan,
berkat itu tubuhku dapat bergerak.
Dikatakan bahwa manusia akan menemukan jalan selama
mereka masih hidup. Mereka mampu mencapai prestasi tersebut karena mereka hidup.
Dengan pikiran seperti itulah aku terus hidup.
Dipikir-pikir lagi, menjadi Skeleton tidak
sepenuhnya merupakan hal buruk. Meskipun menjadi Skeleton sendiri adalah
masalah besar, karena aku tidak yakin jika aku benar-benar hidup, aku dapat
bergerak,dan dengan begitu aku tidak sepenuhnya mati. Tidak salah jika aku
terus berpikir untuk bekerja keras mulai dari sekarang, bahkan dalam bentukku
saat ini.
Hanya untuk memastikan, aku memberikan beberapa test
untuk mejalankan kemampuanku ketika aku masih “hidup”. Mana, spirit, dan
divinity semua masih tampak berfungsi, meski sepertinya mengikutiku pada
kehidupan selanjutnya. Aku merasa memiliki lebih dari cukup keuntungan untuk
meneruskannya.
Paling tidak, aku dapat mengatakan bahwa diriku
sedikit lebih baik dari tipikal monster Skeleton pada level ini, yang sudah
pasti tidak memiliki sebuah kemampuan. Aku mungkin dapat bertarung dengan
ini—itu sudah lebih dari cukup.
Perlu dicatat jika selama aspirasiku berevolusi
menjadi Ghoul terdengar mengkhawatirkan, aku tidak bermaksud untuk memakan
daging manusia. Aku melakukannya hanya demi mendapatkan bentuk yang lebih
seperti manusia.
Selain itu, aku tidak ingat Ghoul memerlukan daging
manusia sebagai makanan mereka. Jika aku terpaksa melakukannya oleh insting
atau alasan lainnya, aku pasti akan melakukannya.
Mungkin aku akan melakukannya secara rahasia, atau
setidaknya mencari cara lain untuk memuaskan rasa laparku; untuk saat ini,
tidak ada gunanya memikirkan itu. Terlebih lagi, sangat penting untuk
memastikan sejauh mana kekuatanku dalam pertarungan, dan melanjutkan tugasku
berevolusi menjadi Ghoul.
Untuk mencapai itu, aku perlu mengalahkan
penghuni—atau lebih tepatnya, monster—dalam labirin dimana aku berada.
Kebenaran dibalik tindakanku sederhana saja: Existensi Evolusi hanya terpicu
oleh monster yang memperoleh pengalaman dan kekuatan sepanjang
waktu—setidaknya, itulah tipikal penjelasan mengenai bagaimana masalah ini
terjadi.
Contoh buku cetak terbaik mengenai masalah ini,
ironisnya, adalah Naga. Seekor Naga, terlahir dalam bentuk remaja dan akhirnya
menjadi dewasa selama bertahun-tahun menjadi Naga Kuno, adalah gambaran
terbaik. Namun, Pada dasarnya Naga adalah monster dengan jumlah kemampuan dan
kekuatan terpendam yang tinggi. Dibandingkan dengan Naga, Skeletons tetaplah
Skeleton, tidak peduli berapa banyakpun waktu berlalu.
Lagi pula, monster undead kebanyakan memang mati.
Meskipun mereka menghabiskan ribuan tahun di suatu tempat, mereka hanya ada
begitu saja. Catatan monster undead yang menjadi kuat hanya dengan berada di
suatu tempat hampir tidak pernah terdengar.
Logika di balik ini tentu sederhana: tulang adalah
tulang. Setumpuk tulang mati tidaklah tumbuh.
Aku sekali lagi merasa bingung, tapi tidak terlalu
lama. Aku harus memperoleh pengalaman; aku harus bertarung.
Dikatakan bahwa monster akan menyerap energi
kehidupan monster lainnya harus dalam pertarungan. Ini pasti benar, baik
manusia dan monster, walau inti manusia berbeda-beda manusia tetaplah manusia
terlepas dari seberapa banyak kekuatan yang mereka serap setelah mengalahkan
monster. Meskipun ada banyak petarung dan petualang kuat, mereka masih tetap
manusia pada intinya.
Namun, monster, berbeda dengan manusia dalam aspek
ini—setelah memperoleh jumlah pengalaman tertentu dan menyerap kekuatan,
monster khasnya berevolusi menjadi bentuk yang lebih kuat melalui fenomena
Existensi Evolusi.
Berdasarkan hal itu, sepertinya aku tahu apa yang
harus dilakukan.
Tentu saja, masalah benar atau salah mengenai aku
benar-benar monster pada saat ini masih tertinggal; meski begitu, aku akan
dengan mudah mengetahuinya melalui percobaan dengan bertarung. Aku melihatnya
sebagai hal yang perlu dilakukan sebelum berevolusi.
Dengan begitu, tugas pertamaku adalah menemukan dan
mengalahkan monster terdekat yang ada.
Bagi monster yang bahkan Skeleton sederhana dapat
kalahkan... Slime, Goblin, dan Skeletons lainnya datang pada pikiranku. Untung
saja, mereka semua dapat ditemukan dalam labirin ini. Meskipun saat ini aku
berada di bagian yang belum terjelajahi di Labirin Moon Reflection, aku ingat
melihat beberapa monster sedang menuju kemari.
Pada awalnya terdapat teori mengenai mengapa monster
terdapat dalam Labirin. Namun, semua teori itu, tampaknya setuju terhadap fakta
bahwa monster akan muncul kembali pada waktu tertentu setelah dikalahkan.
Fenomena ini, biasanya disebut sebagai “re-popping,”
akan membuat monster membangkitkan diri mereka kapan saja, dalam 30 menit,
hingga berhari-hari, atau bahkan bertahun-tahun.
Khususnya, monster lemah di dalam labirin,
diperkirakan muncul kembali dalam waktu sekitar satu jam.
Sementara aku tidak dapat memastikan berapa lama
waktu berlalu sejak diriku tertelan Naga, aku yakin waktu yang dibutuhkan untuk
monster muncul kembali telah lama berlalu. Lagi pula, kematianku, tidak terasa
seperti masalah lima- sampai sepuluh-menit. Meski kelihatannya konyol berpikir
bahwa jam alamiku akan masuk akal, karena diriku saat ini merupakan tumpukan tulang
kering, yang harus aku lakukan hanyalah menunggu sampai perkiraan waktuku
menghilang.
Dengan berpikir seperti itu, aku kembali menuju
jalan ketika aku masuk, sambil menganggap ini adalah cara tercepat menemukan
monster. Mengangkat kaki tulangku, aku mulai berjalan, kembali ke jalan usang
dengan serangkaian langkah berat.
Namun, ketika aku benar-benar mencoba bergerak,
tubuhku terasa sangat berat—Aku berpikir tidak bisa bertarung seperti ketika
aku masih hidup. Namun, kenyataan bahwa aku entah kenapa masih bisa bergerak
memenuhi hatiku dengan perasaan lega.
Meskipun aku saat ini adalah monster terlemah dalam
keseluruhan hierarki, aku masih lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan manusia
biasa. Aku hanya bisa berharap bahwa entah bagaimana ini akan berhasil, tapi
itu hanyalah optimisme tak berdasarkan dariku.
Dan untuk senjataku, aku sadar masih menggunakan
pedang satu tangan dan baju besi dari kehidupanku sebelumnya, jadi sepertinya
tidak ada masalah dengan perlengkapannya. Namun, segala aspek lain potensi
bertarungku, harus diperiksa secara langsung.
Tidak lama untuk diriku berhadapan dengan monster
lainnya, katakan saja, sekitar, lima menit setelah aku pergi dalam questku.
Baik atau buruk, lawanku, sama sepertiku, meski tanpa senjata atau baju besi
apapun adalah—Skeleton lainnya.
Translator Note :
1. Bola Api Foteia Borivaas.
2. Panah Bumi Gie Vieros.
3. Chakra dan Prana adalah semacam kekuatan spiritual yang berkaitan dengan energi kehidupan makhluk hidup.
Ah, btw chapter ini agak kompleks, jadi mungkin ada misstranslate ...
1. Bola Api Foteia Borivaas.
2. Panah Bumi Gie Vieros.
3. Chakra dan Prana adalah semacam kekuatan spiritual yang berkaitan dengan energi kehidupan makhluk hidup.
Ah, btw chapter ini agak kompleks, jadi mungkin ada misstranslate ...