Friday 1 June 2018

Nozomanu Fushi no Boukensha Vol.1 Ch.1 Bag.2





Translate by Big Saber bro



1-2. Memahami Situasi dan Existensi Evolusi




◆◇◆◇◆



Existensi Evolusi dari Skeleton menjadi Ghoul adalah hal pertama untuk dicapai. Meskipun aku telah memutuskan arah tujuanku, aku tidak yakin mengenai tingkat kemampuan bertarungku.

Aku hanyalah seorang petualang tingkat rendah Bronze-class yang merupakan tingkat hampir paling dasar di guild. Namun, aku memang, jauh lebih baik jika dibandingkan dengan petualang Iron-class, yang merupakan pemula diantara pemula. Secara umum kemampuan bertarungku biasa saja, mengalah satu atau dua Goblin dan Skeleton adalah hal yang dapat aku lakukan, dan itu masih dalam batas aman. Setidaknya aku dapat melakukan sebanyak itu—Meskipun aku mungkin tidak mengalahkannya tanpa terluka.

Jika ada tiga musuh atau lebih, meski sedikit sulit, entah bagaimana, tapi aku masih bisa menang. Jika ada empat atau lebih, aku pasti akan melarikan diri; Jika ada lima, tamatlah riwayatku. Itulah yang terlihat pada saat ini.

Namun, tidak adil, jika menyebutku lemah. Aku tidak terlalu peduli pada awalnya, dengan memulai perjalananku sebagai petualang selama satu dekade yang lalu. Namun aku telah berlatih keras selama hampir 20 tahun. Bahkan, aku sebenarnya ingin merasa dikasihani saat ini—Aku telah berlatih selama itu, namun hanya dapat melakukan sebanyak ini.

Jika seseorang bertanya kenapa aku menghabiskan waktu dan usaha untuk latihan begitu banyak, hanya demi hasil yang tak begitu banyak, maka jawabannya sederhana: Aku tidak memiliki cadangan mana, spirit, atau divinity yang cukup. Ditambah lagi, aku tidak memiliki cukup bakat yang dibutuhkan untuk mengendalikan cadangan kekuatanku yang sedikit ini. Dapat dikatakan ini adalah masalah yang sangat fatal pada setiap perkembangan petualang.

Jujur saja, aku sebenarnya menghargai beberapa pujian karena telah membuatnya sampai seperti ini.

Sepertinya aku belum menjelaskan apa itu magic, spirit, dan divinity. Pertama-tama, mari kita bicarakan mengenai sifat mana. Mana adalah persyaratan yang dibutuhkan untuk merapal sebuah kalimat magical—cadangan energi magical misterius ini jarang dimiliki oleh beberapa orang. Jika disederhanakan, mereka yang diberkati mana ketika lahir maka dapat membuat api dan angin tanpa menggunakan alat, menyebabkan air mengalir bebas dari mana saja, dan dapat mempengaruhi tanah sehingga dapat bergerak dengan sendirinya. Untuk beberapa alasan, magic adalah kemampuan yang sangat berguna.

Meskipun masing-masing rasio berbeda diantara bermacam ras berakal yang menghuni tanah ini, kurang lebih satu dalam setiap 50 manusia terlahir dengan mana dalam kehidupannya. Ini bukanlah jumlah yang kecil.

Namun, mereka yang sukses menjadi Mage dengan mana dan bakat yang cukup terhitung satu dalam seribu—selangka itulah anugrah ini. Namun, selama pengguna tersebut memiliki mana dalam jumlah tertentu magic sederhana seperti Venerable Fireball Foteia Borivaas[1], atau  Earthen Arrow Gie Vieros[2], dapat dirapal tanpa kesulitan. Meski, untuk memproses serangan magic yang terlampau belum sempurna, seseorang memerlukan kombinasi antara mana dan bakat yang disebutkan tadi, yang hanya dimiliki oleh satu diantara seribu manusia biasa.

Mungkin ada gunanya menyadari hal itu, meski aku memiliki cadangan mana ketika lahir, namun jumlahnya benar-benar rendah—hampir tidak sedikitpun memenuhi persyaratan untuk menjadi mage yang kuat. Lagi pula, aku bahkan tidak bisa merapal satu serangan magic tingkat rendah meskipun aku telah berlatih selama ini. Kurangnya bakatku dalam bidang ini sangatlah jelas.

Namun, dengan magic, aku bisa membuat air untuk diminum dan bara api untuk menyalakan api unggun kecil. Untuk itu, aku bersyukur, bahkan jika anugrah tersebut kecil. Namun aku masih sangat menyesal karena tidak dapat menggunakan magic untuk bertarung.

Penjelasan mengenai spirit sepertinya akan berangkaian. Terkadang disebut oleh kebanyakan nama lain, seperti “Chakra” atau “Prana,”[3] spirit adalah energi kehidupan seluruh makhluk hidup.

Tidak seperti magic, spirit adalah akar dari segala makhluk hidup, dan oleh karena itu terdapat pada setiap dan seluruh makhluk hidup. Jika seseorang dapat menggunakannya dengan benar, orang tersebut dapat memperkuat tubuhnya sendiri, meningkatkan daya serangnya, dan bahkan memperoleh stamina diatas manusia biasa. Namun, karena sebagian besar orang secara tidak sadar menggunakan spirit sebagai alat bertahan hidup, hanya sedikit yang menyadari potensi sesungguhnya.

Di samping itu, meskipun seseorang sadar akan spirit mereka sendiri, tingkat latihan signifikan diperlukan untuk dapat menggunakannya, selain itu juga memerlukan bakat alami untuk mengalirkan energi kehidupan seseorang.

Dalam kasusku, meski aku sadar akan keberadaannya, aku tidak memiliki cukup kontrol pada spiritku untuk benar-benar memanfaatkannya secara efektif. Namun meski begitu, aku dapat memperkuat daya serangku sebanyak 1.5 kali dalam satu hari—Secara pribadi, aku mempertimbangkan kemampuan ini sebagai senjata rahasiaku. Meskipun meningkatkan daya serang memerlukan jumlah energi kehidupan yang besar, ini pasti terlihat seperti trik anak-anak dihadapan orang yang benar-benar berlatih seni spirit.

Terakhir tapi bukan akhir akan menjadi penjelasan mengenai divinity. Aku rasa kau dapat mengatakan ini lebih langka dibandingkan mana, karena kebanyakan orang sama sekali tidak memiliki afinitas untuk ini. Dikatakan bahwa divinity dianugrahkan kepada manusia oleh sebuah makhluk mistik, seperti dewa atapun peri. Memiliki cadangan divinity dalam dirinya sendiri memang termasuk sebagai hal langka, dan kebanyakan orang yang dianugrahi oleh hal tersebut akan bekerja untuk gereja.

Tergantung bagaimana menggunakannya, divinity diketahui untuk membantu penyembuhan dan pemurnian yang, pada tingkat tertentu, dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit atau memurnikan undead. Pemilik cadangan divinity yang lebih besar bahkan dapat memurnikan wilayah yang telah terkontaminasi.

Di tambah lagi, karena bersifat sebagai kemampuan yang dianugrahi oleh makhluk mistik, beberapa orang beruntung yang memiliki divinity dapat berkomunikasi dengan Dewa atau para Peri. Dalam beberapa kasus, bahkan status sosial mereka meningkat menjadi terkemuka.
Dalam masalah ini, jika kita bicara mengenai orang biasa, mereka mungkin tidak akan memiliki divinity sekecil apapun. Tapi aku, tidak tahu kenapa, memiliki potongan divinity dalam diriku. Meski begitu, potongan hanyalah potongan, jadi itu berada diluar kemampuanku.

Kalau tidak salah, potongan divinity ini berasal dari sebuah kejadian ketika aku muda, dimana untuk beberapa alasan, aku memutuskan, untuk memperbaiki semacam kuil yang telah rusak. Para roh yang menghuni kuil itu mungkin melihatku cocok untuk diberkati, dan seperti itulah.

Meskipun aku dapat menggunakan seni mistik sejak kecil, yang dapat aku lakukan hanyalah memurnikan air kotor sehingga dapat diminum kembali, atau membersihkan luka yang terinfeksi. Hal seperti menutup luka secara instan atau memurnikan wilayah yang terkontaminasi, merupakan hal, diluarkan kemampuanku.

Namun, itu masih, merupakan skill yang berguna untuk dimiliki. Terkadang, aku sadar berterima kasih pada peri atau roh itu dari lubuk hatiku.

Dan seperti itulah penjelasanku mengenai alasan betapa sulitnya bagiku untuk meningkatkan kekuatanku sebagai petualang hanya dengan bakat dan kemampuan seperti ini. Lagi pula, cadangan mana dan divinity yang aku miliki itu kecil, dan bahkan aki sadar bahwa diriku sebenarnya tidak cocok untuk berpetualang.

Perlu dicatat individu yang memiliki ketiga kemampuan tersebut adalah hal langka. Nyatanya, aku tidak ingat pernah bertemu orang lain yang sedikit sepert diriku ini. Sialnya, diiringi faktor penting yang tidak memenuhi kuantitas, namun tingkat bakat dan kekuatan yang seseorang miliki, orang tersebut juga dapat mengatakannya aku benar-benar tidak beruntung.

Kebanyakan orang yang terinspirasi menjadi petualang biasanya memiliki sifat bawaan yang menonjol diantara tiga kemampuan tersebut(Magic, Spirit, Divinity)—yah, sekitar, setengahnya seperti itu. Orang sepertiku, yang tidak berada disini maupun disana, merupakan masalah yang jarang ditemui. Sebaliknya, mungkin orang sepertiku akan mengambil pekerjaan normal, yang tidak perlu bertarung, dan akan menghabiskan seluruh hidupnya di tempat yang relatif aman. Aku, juga, harusnya telah melakukan itu; setidaknya, ini adalah apa yang akan aku katakan dalam pikiranku.

Namun: kenyataan bahwa aku memiliki mimpi besar, adalah satu hal yang mencegahku melakukan apa yang seharusnya telah aku lakukan.

Sejak aku kecil, aku telah mengejarnya, dan terus berusaha—untuk menjadi petualang Mithril-class. Tidak mungkin aku dapat menyerah setelah semua ini.

Namun hasil mimpi besar ini, aku tampaknya telah berakhir menjadi semacam Skeleton. Karena tidak bisa berkomentar banyak mengenai masalah ini, aku masih belum merasa harus menyerah.

Kesampingkan penampilanku saat ini, aku sepertinya tidak benar-benar mati. Meski aku tidak mengerti kenapa aku masih hidup pada saat ini, aku merasa seperti aku berada pada ujung yang lebih menguntungkan, berkat itu tubuhku dapat bergerak.

Dikatakan bahwa manusia akan menemukan jalan selama mereka masih hidup. Mereka mampu mencapai prestasi tersebut karena mereka hidup. Dengan pikiran seperti itulah aku terus hidup.

Dipikir-pikir lagi, menjadi Skeleton tidak sepenuhnya merupakan hal buruk. Meskipun menjadi Skeleton sendiri adalah masalah besar, karena aku tidak yakin jika aku benar-benar hidup, aku dapat bergerak,dan dengan begitu aku tidak sepenuhnya mati. Tidak salah jika aku terus berpikir untuk bekerja keras mulai dari sekarang, bahkan dalam bentukku saat ini.

Hanya untuk memastikan, aku memberikan beberapa test untuk mejalankan kemampuanku ketika aku masih “hidup”. Mana, spirit, dan divinity semua masih tampak berfungsi, meski sepertinya mengikutiku pada kehidupan selanjutnya. Aku merasa memiliki lebih dari cukup keuntungan untuk meneruskannya.

Paling tidak, aku dapat mengatakan bahwa diriku sedikit lebih baik dari tipikal monster Skeleton pada level ini, yang sudah pasti tidak memiliki sebuah kemampuan. Aku mungkin dapat bertarung dengan ini—itu sudah lebih dari cukup.

Perlu dicatat jika selama aspirasiku berevolusi menjadi Ghoul terdengar mengkhawatirkan, aku tidak bermaksud untuk memakan daging manusia. Aku melakukannya hanya demi mendapatkan bentuk yang lebih seperti manusia.

Selain itu, aku tidak ingat Ghoul memerlukan daging manusia sebagai makanan mereka. Jika aku terpaksa melakukannya oleh insting atau alasan lainnya, aku pasti akan melakukannya.

Mungkin aku akan melakukannya secara rahasia, atau setidaknya mencari cara lain untuk memuaskan rasa laparku; untuk saat ini, tidak ada gunanya memikirkan itu. Terlebih lagi, sangat penting untuk memastikan sejauh mana kekuatanku dalam pertarungan, dan melanjutkan tugasku berevolusi menjadi Ghoul.

Untuk mencapai itu, aku perlu mengalahkan penghuni—atau lebih tepatnya, monster—dalam labirin dimana aku berada. Kebenaran dibalik tindakanku sederhana saja: Existensi Evolusi hanya terpicu oleh monster yang memperoleh pengalaman dan kekuatan sepanjang waktu—setidaknya, itulah tipikal penjelasan mengenai bagaimana masalah ini terjadi.

Contoh buku cetak terbaik mengenai masalah ini, ironisnya, adalah Naga. Seekor Naga, terlahir dalam bentuk remaja dan akhirnya menjadi dewasa selama bertahun-tahun menjadi Naga Kuno, adalah gambaran terbaik. Namun, Pada dasarnya Naga adalah monster dengan jumlah kemampuan dan kekuatan terpendam yang tinggi. Dibandingkan dengan Naga, Skeletons tetaplah Skeleton, tidak peduli berapa banyakpun waktu berlalu.

Lagi pula, monster undead kebanyakan memang mati. Meskipun mereka menghabiskan ribuan tahun di suatu tempat, mereka hanya ada begitu saja. Catatan monster undead yang menjadi kuat hanya dengan berada di suatu tempat hampir tidak pernah terdengar.

Logika di balik ini tentu sederhana: tulang adalah tulang. Setumpuk tulang mati tidaklah tumbuh.

Aku sekali lagi merasa bingung, tapi tidak terlalu lama. Aku harus memperoleh pengalaman; aku harus bertarung.

Dikatakan bahwa monster akan menyerap energi kehidupan monster lainnya harus dalam pertarungan. Ini pasti benar, baik manusia dan monster, walau inti manusia berbeda-beda manusia tetaplah manusia terlepas dari seberapa banyak kekuatan yang mereka serap setelah mengalahkan monster. Meskipun ada banyak petarung dan petualang kuat, mereka masih tetap manusia pada intinya.

Namun, monster, berbeda dengan manusia dalam aspek ini—setelah memperoleh jumlah pengalaman tertentu dan menyerap kekuatan, monster khasnya berevolusi menjadi bentuk yang lebih kuat melalui fenomena Existensi Evolusi.

Berdasarkan hal itu, sepertinya aku tahu apa yang harus dilakukan.

Tentu saja, masalah benar atau salah mengenai aku benar-benar monster pada saat ini masih tertinggal; meski begitu, aku akan dengan mudah mengetahuinya melalui percobaan dengan bertarung. Aku melihatnya sebagai hal yang perlu dilakukan sebelum berevolusi.

Dengan begitu, tugas pertamaku adalah menemukan dan mengalahkan monster terdekat yang ada.

Bagi monster yang bahkan Skeleton sederhana dapat kalahkan... Slime, Goblin, dan Skeletons lainnya datang pada pikiranku. Untung saja, mereka semua dapat ditemukan dalam labirin ini. Meskipun saat ini aku berada di bagian yang belum terjelajahi di Labirin Moon Reflection, aku ingat melihat beberapa monster sedang menuju kemari.

Pada awalnya terdapat teori mengenai mengapa monster terdapat dalam Labirin. Namun, semua teori itu, tampaknya setuju terhadap fakta bahwa monster akan muncul kembali pada waktu tertentu setelah dikalahkan.

Fenomena ini, biasanya disebut sebagai “re-popping,” akan membuat monster membangkitkan diri mereka kapan saja, dalam 30 menit, hingga berhari-hari, atau bahkan bertahun-tahun.

Khususnya, monster lemah di dalam labirin, diperkirakan muncul kembali dalam waktu sekitar satu jam.

Sementara aku tidak dapat memastikan berapa lama waktu berlalu sejak diriku tertelan Naga, aku yakin waktu yang dibutuhkan untuk monster muncul kembali telah lama berlalu. Lagi pula, kematianku, tidak terasa seperti masalah lima- sampai sepuluh-menit. Meski kelihatannya konyol berpikir bahwa jam alamiku akan masuk akal, karena diriku saat ini merupakan tumpukan tulang kering, yang harus aku lakukan hanyalah menunggu sampai perkiraan waktuku menghilang.

Dengan berpikir seperti itu, aku kembali menuju jalan ketika aku masuk, sambil menganggap ini adalah cara tercepat menemukan monster. Mengangkat kaki tulangku, aku mulai berjalan, kembali ke jalan usang dengan serangkaian langkah berat.

Namun, ketika aku benar-benar mencoba bergerak, tubuhku terasa sangat berat—Aku berpikir tidak bisa bertarung seperti ketika aku masih hidup. Namun, kenyataan bahwa aku entah kenapa masih bisa bergerak memenuhi hatiku dengan perasaan lega.

Meskipun aku saat ini adalah monster terlemah dalam keseluruhan hierarki, aku masih lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan manusia biasa. Aku hanya bisa berharap bahwa entah bagaimana ini akan berhasil, tapi itu hanyalah optimisme tak berdasarkan dariku.

Dan untuk senjataku, aku sadar masih menggunakan pedang satu tangan dan baju besi dari kehidupanku sebelumnya, jadi sepertinya tidak ada masalah dengan perlengkapannya. Namun, segala aspek lain potensi bertarungku, harus diperiksa secara langsung.

Tidak lama untuk diriku berhadapan dengan monster lainnya, katakan saja, sekitar, lima menit setelah aku pergi dalam questku. Baik atau buruk, lawanku, sama sepertiku, meski tanpa senjata atau baju besi apapun adalah—Skeleton lainnya.



Translator Note :

1. Bola Api Foteia Borivaas.

2. Panah Bumi Gie Vieros.

3. Chakra dan Prana adalah semacam kekuatan spiritual yang berkaitan dengan energi kehidupan makhluk hidup.

Ah, btw chapter ini agak kompleks, jadi mungkin ada misstranslate ...