Friday, 13 July 2018

Nozomanu Fushi no Boukensha Vol.1 Ch.1 Bag.7

Note :
Bagian akhir dari chapter 1. Selanjut kita lanjut ke chapter 2 :)
Btw, ucapkan selamat kepada mc kita karena telah berevolusi *clap clap clap*


Translate by Big Saber bro



1-7. Memahami Situasi dan Existensi Evolusi


Setelah mengalahkan lima Slime pada hari itu aku mulai menyadari perubahan pada tubuhku. Meskipun aku telah banyak bertemu dan mengalahkan monster lainnya sejak saat itu, sepertinya pertarungan pertamaku dengan Slime, dan mengalahkannya, waktu itu sama sekali bukan keberuntungan. Semua Slime yang aku temuinya kebanyakan hancur dengan cara yang sama.


Kekuatanku dengan cepat melampaui titik pada waktu ketika aku masih hidup.
Ketika aku masih seorang petualang Bronze-class tingkat rendah, aku tidak merasakan kemajuan tidak peduli seberapa keras latihan yang aku lakukan. Nyatanya, aku tidak tampak berkembang sama sekali. Namun saat ini aku, menjadi lebih kuat dibalik kematian ini. Aku tidak yakin harus senang atau sedih mengenai masalah perkembangan ini, meskipun ini jauh lebih baik dari pada terus menerus tidak berkembang.


Meskipun aku tidak tahu dimana batas perkembanganku, haruskah aku terus berkembang dalam kecepatan seperti ini, aku membuang pikiran semacam itu dari pikiranku. Sebaliknya, aku memutuskan untuk melakukan hal ini sekarang—aku akan terus bertarung.


Setelah melawan dan mengalahkan lebih dari sepuluh monster, aku merasakan sebuah perasaan yang aneh muncul dari dalam tubuhku—perasaan asing yang tidak pernah aku rasakan sampai saat ini. Ini benar-benar bukan perasaan yang tidak mengenakkan. Yang ada, rasayanya seperti sesuatu meluap dari dalam tubuhku.
Namun, karena aku selalu berhati-hati, aku berusaha keras untuk menahan dan menolaknya. Pada akhirnya, usahaku terbukti sia-sia.


Suara retakan, perlahan memenuhi seluruh bagian tubuhku, sampai suaranya semakin bertambah keras ketika tubuhku diselimuti oleh aliran cahaya yang hangat.


Apa yang terjadi...?

Itu adalah satu-satunya pikiran yang terdapat dalam kepalaku sebelum hal aneh lainnya terjadi di hadapan mataku ini—daging kering, nan mengerut mulai muncul disekitar tulang putih pada tubuhku. Seperti sedang menyembunyikan tulang putih yang keras ini, daging tersebut terus-menerus menjalar, sampai mengelilingi seluruh tulangku.


Mungkin seperti inilah—aku dapat merasakannya. Keinginanku telah terpenuhi—
Ini adalah Existensi Evolusi.


Ini adalah apa yang sedang terjadi pada saat ini.


Aku menarasikan monolog pada pikiranku selagi fenomena ini berlanjut, dengan perlahan menyebar ke sisa tubuhku. Daging berwarna coklat, terlalu kering sampai aku mulai meragukan apa air bahkan ada di dalam pembuluh darahnya, mulai tumbuh dan membalut dengan sendirinya disekitar tangan, kaki, dan segala bagian yang dapat ditemukan.


Meskipun aku hanyalah tumpukan tulang sampai saat ini, aku akhirnya telah diberkati oleh sebuah daging...!


Setelah beberapa waktu, fenomena tersebut berhenti. Untuk memastikan saja, aku memutuskan untuk memeriksa permukaan wajah baruku yang kekurangan tulang ini.
Sudah kuduga, daging ini menempel erat pada bagian tubuhku—bagian-bagian yang dulunya tulang puting digin sampai saat ini.


Namun, daging yang dimaksud ini jauh lebih menyedihkan daripada ketika aku masih manusia. Masalahnya, daging ini terlihat sangat kering, seperti lapisan tipis berwarna coklat menyelimuti apa yang dulunya adalah sebuah tulang putih. Belum lagi, daging baruku ini tidak terlalu menutupi tulangku sama sekali—sedikit bagian berwarna putih tampak pada kanopi kecoklatan ini.


Aku merasa seperti tumpukan tulang yang memiliki daging menempel secara tidak teratur. Jika aku muncul di labirin dalam bentuk seperti ini, serigala, anjing, dan sejenisnya pasti akan merasa seperti menemukan cemilan yang enak. Mungkin aku akan dimakan hidup-hidup.


Sementara tubuhku seperti ini, tidak adanya sebuah cermin, sekali lagi, menyebabkanku untuk berasumsi bahwa wajahku serupa. Namun, aku sangat mengetahui monster yang terlihat seperti ini. Sedikit bagian daging menempel pada tulang—tidak ada lagi selain Ghoul.


Tidak diragukan lagi saat ini aku adalah Ghoul, target awal dari tujuan berevolusiku.
Jika ingatanku benar, Ghouls terlihat seperti manusia dengan kulit mereka tergantikan: dengan beberapa daging yang seperti habis terkoyak menempel pada tulangnya, dan sedikit sisanya menunjukkan otot-otot mereka. Mereka juga terlihat sangat...kekeringan.


Dengan kata lain, aku sangat menjijikan—namun tentu saja, tidak mungkin mayat yang kering terlihat menarik. Aku adalah monster undead. Tentu saja tidak seorangpun menyukai bentuk seperti ini, atau kurang lebih menginginkan untuk menjadi seperti ini. Namun, bagiku ini adalah langkah besar ke depan, hanya karena terdapat daging pada tulangku sekarang.


Dengan mengalami Existensi Evolusi, saat ini aku sadar akan fakta bahwa aku dapat terus menapaki hirarki monster jika terus bekerja keras. Fakta tersebut layak untuk dirayakan.


Monster undead, dalam hal tertentu, akan terlihat lebih dan lebih seperti manusia jika semakin tinggi mereka menaiki tangga tersebut. Contohnya, jika aku menjadi Vampir, yang merupakan existensi lebih tinggi dibandingkan Ghoul, maka mudah saja aku akan menjadi tersamarkan dengan manusia—dalam kasus seperti itu aku dapat bergerak disekitar jalan-jalan di kota Maalt tanpa masalah.


Dalam bentukku saat ini, hal yang paling dapat aku lakukan mungkin menyelinap ke dalam kota—aku masih tidak bisa berjalan dengan bebas. Namun, aku kenal penjaga gerbang di Maalt. Jika aku memainkan kartu identitasku dengan baik, aku mungkin dapat masuk dan keluar kapanpun yang aku inginkan.


Namun tentu saja. Meskipun kebanyakan terlihat seperti daging kering, saat ini aku memang memiliki tubuh, dan dengan begitu ada satu hal penting yang ingin aku coba lakukan.


“...VAAAH... VAAAAH...”


Aku langsung mencoba menghubungkan udara melalui tenggorokanku untuk memeriksa jika aku dapat berbicara. Tampaknya percobaan ini menghasilkan semacam suara, setidaknya, kemungkinannya bukan nol.


“HE... HEEH... VVO... HEH... VO. OOD... MOV... NINV... GGGUH... HEH... VVO...”


...

Tidak. Ini benar-benar gawat.


Meskipun aku tahu diriku tidak lancar berbicara—singkat saja, masalahnya. Aku rasa beberapa latihan memang diperlukan.


Selain itu, aku akan sangat memilih kondisi saat ini dibandingkan dengan Skeleton yang tidak dapat bicara dan hanya dapat membuat suara gemerincing tulang. Dengan ini, aku dapat mencapai pemahaman satu sama lain dengan manusia yang memasuki labirin... atau begitulah yang aku harapkan.


Tentu saja, syarat utama orang yang bicara padaku tidak terus menerus takut olehku ini.


Ketika aku terus memikirkan berbagai macam kemungkinan, sebuah suara tajam dari besi yang berbenturan mengacaukan pikiranku. Suaranya terdengar seperti seseorang sedang sibuk bertarung dengan monster dalam jumlah yang banyak di kejauhan, karena jelas suara pedang tersebut berdampak terhadap permukaan yang keras.


Seperti monster yang telah aku kalahkan sampai sejauh ini, lantai ini tidak memiliki lainnya selain monster lemah, apa lagi yang bisa mengahasilakn suara seperti besi, maka dapat disimpulkan suara luar biasa tersebut berasal dari seorang petualang—karena tidak ada kemungkinan lain.


Suara ini... Manusia hidup ada disekitar sini! Jantungku berdetak kencang ketika memikirkan ini. (T/N: .. Apa undead monsta tetap memiliki jantung? Ya, gak mungkin kan?)


Sejauh ini, aku telah hidup selama beberapa hari di dalam labirin ini. Namun, kebanyakan, aku habiskan untuk bertarung dengan monster sepanjang malam. Wajar saja jika seseorang akan berpikir seperti itu.


Sampai saat ini, aku selalu memasuki labirin selama siang hari, kembali ke Maalt saat sore untuk mencari makan. Namun, tiba-tiba, aku menjadi Skeleton, dan tidak bisa berharap untuk kemudian hari. Karena seperti itu, aku terus-menerus membunuh monster di dalam labirin—mungkin tidak aneh jika diriku tidak menyadari kehadiran manusia lainnya.


Aku ingin bicara dengan seseorang, siapapun itu. Jika yang ada petualang, maka tidak apa.


Namun, aku segera, menahan perasaanku ini. Karena penampilanku, berusaha bicara dengan manusia akan menjadi usaha yang entah kenapa terasa berat.


Meskipun aku tidak lagi tumpukan tulang berjalan, Ghoul tetaplah... Ghoul. Jika aku mendekati petualang dengan tubuh seperti mayat kering ini, mereka jelas akan merasa waspada, segera menyiapkan pedang mereka untuk bertarung; berinteraksi akan menjadi pilihan terakhir pada kepala mereka.


Meskipun hasil pertemuan ini mungkin sedikit berbeda karena aku semacam makhluk berakal, spesies monster berintelijen, diriku yang saat ini adalah Ghoul. Harapanku begitu kecil mengenai masalah ini. Karena itu, aku memilih menjauh dari sumber suara tersebut dan bersembunyi, agar tidak langsung berhadapan dengan petualang yang dimaksud.


Namun, rasa penarasan benar-benar menarikku—apa aku akan benar-benar mengabaikan dan menjauhi manusia ketika mereka sangat dekat denganku?


—Tidak. Aku tidak dapat menahannya.


Seperti itulah tingkat pengasingan dan kesendirianku—aku ingin melihat seseorang, tak peduli apapun resikonya.


Dan dengan begitu aku membuat keputusanku, berjalan perlahan ke arah sumber suara tersebut dengan sembunyi-sembunyi. Jika aku ketahuan, aku akan langsung melarikan diri.


Aku pikir mengintip dari kejauhan tidak masalah. Kemudian aku akan menyembunyikan kehadiranku sebaik mungkin, bergerak maju se-sunyi yang aku mampu.


Selagi suara tersebut semakin keras, detak jantungku ikut semakin keras. Sedikit lagi ...

Aku tidak terlalu jauh dari manusia itu. Perlahan tapi pasti, aku tiba pada tujuanku, dengan suara pertarungan tersebut terus berlanjut dari araha sudut labirin.


Tetap waspada selagi aku berjalan, aku dengan hati-hati melihat ke bagian pojok labirin, menatap ke dalam koridor-koridor pada labirin. Disana, seperti yang aku duga, adalah seorang petualang, mengayunkan pedangnya dan sibuk bertarung dengan monster.




Back - Daftar Isi - Next