Note :
Bagian akhir dari chapter 1. Selanjut kita lanjut ke chapter 2 :)
Btw, ucapkan selamat kepada mc kita karena telah berevolusi *clap clap clap*
Translate by Big Saber bro
1-7. Memahami Situasi dan Existensi Evolusi
Setelah mengalahkan lima Slime pada hari itu aku mulai
menyadari perubahan pada tubuhku. Meskipun aku telah banyak bertemu dan
mengalahkan monster lainnya sejak saat itu, sepertinya pertarungan pertamaku
dengan Slime, dan mengalahkannya, waktu itu sama sekali bukan keberuntungan. Semua
Slime yang aku temuinya kebanyakan hancur dengan cara yang sama.
Kekuatanku dengan cepat melampaui titik pada waktu ketika
aku masih hidup.
Ketika aku masih seorang petualang Bronze-class tingkat
rendah, aku tidak merasakan kemajuan tidak peduli seberapa keras latihan yang
aku lakukan. Nyatanya, aku tidak tampak berkembang sama sekali. Namun saat ini
aku, menjadi lebih kuat dibalik kematian ini. Aku tidak yakin harus senang atau
sedih mengenai masalah perkembangan ini, meskipun ini jauh lebih baik dari pada
terus menerus tidak berkembang.
Meskipun aku tidak tahu dimana batas perkembanganku,
haruskah aku terus berkembang dalam kecepatan seperti ini, aku membuang pikiran
semacam itu dari pikiranku. Sebaliknya, aku memutuskan untuk melakukan hal ini
sekarang—aku akan terus bertarung.
Setelah melawan dan mengalahkan lebih dari sepuluh
monster, aku merasakan sebuah perasaan yang aneh muncul dari dalam tubuhku—perasaan
asing yang tidak pernah aku rasakan sampai saat ini. Ini benar-benar bukan
perasaan yang tidak mengenakkan. Yang ada, rasayanya seperti sesuatu meluap
dari dalam tubuhku.
Namun, karena aku selalu berhati-hati, aku berusaha keras
untuk menahan dan menolaknya. Pada akhirnya, usahaku terbukti sia-sia.
Suara retakan, perlahan memenuhi seluruh bagian tubuhku, sampai
suaranya semakin bertambah keras ketika tubuhku diselimuti oleh aliran cahaya
yang hangat.
Apa yang terjadi...?
Itu adalah satu-satunya pikiran yang terdapat dalam
kepalaku sebelum hal aneh lainnya terjadi di hadapan mataku ini—daging kering, nan
mengerut mulai muncul disekitar tulang putih pada tubuhku. Seperti sedang
menyembunyikan tulang putih yang keras ini, daging tersebut terus-menerus
menjalar, sampai mengelilingi seluruh tulangku.
Mungkin seperti inilah—aku dapat merasakannya. Keinginanku
telah terpenuhi—
Ini adalah Existensi Evolusi.
Ini adalah apa yang sedang terjadi pada saat ini.
Aku menarasikan monolog pada pikiranku selagi fenomena
ini berlanjut, dengan perlahan menyebar ke sisa tubuhku. Daging berwarna coklat,
terlalu kering sampai aku mulai meragukan apa air bahkan ada di dalam pembuluh
darahnya, mulai tumbuh dan membalut dengan sendirinya disekitar tangan, kaki, dan
segala bagian yang dapat ditemukan.
Meskipun aku hanyalah tumpukan tulang sampai saat ini, aku
akhirnya telah diberkati oleh sebuah daging...!
Setelah beberapa waktu, fenomena tersebut berhenti. Untuk
memastikan saja, aku memutuskan untuk memeriksa permukaan wajah baruku yang
kekurangan tulang ini.
Sudah kuduga, daging ini menempel erat pada bagian
tubuhku—bagian-bagian yang dulunya tulang puting digin sampai saat ini.
Namun, daging yang dimaksud ini jauh lebih menyedihkan
daripada ketika aku masih manusia. Masalahnya, daging ini terlihat sangat
kering, seperti lapisan tipis berwarna coklat menyelimuti apa yang dulunya
adalah sebuah tulang putih. Belum lagi, daging baruku ini tidak terlalu
menutupi tulangku sama sekali—sedikit bagian berwarna putih tampak pada kanopi
kecoklatan ini.
Aku merasa seperti tumpukan tulang yang memiliki daging
menempel secara tidak teratur. Jika aku muncul di labirin dalam bentuk seperti
ini, serigala, anjing, dan sejenisnya pasti akan merasa seperti menemukan
cemilan yang enak. Mungkin aku akan dimakan hidup-hidup.
Sementara tubuhku seperti ini, tidak adanya sebuah cermin,
sekali lagi, menyebabkanku untuk berasumsi bahwa wajahku serupa. Namun, aku
sangat mengetahui monster yang terlihat seperti ini. Sedikit bagian daging menempel
pada tulang—tidak ada lagi selain Ghoul.
Tidak diragukan lagi saat ini aku adalah Ghoul, target
awal dari tujuan berevolusiku.
Jika ingatanku benar, Ghouls terlihat seperti manusia
dengan kulit mereka tergantikan: dengan beberapa daging yang seperti habis
terkoyak menempel pada tulangnya, dan sedikit sisanya menunjukkan otot-otot
mereka. Mereka juga terlihat sangat...kekeringan.
Dengan kata lain, aku sangat menjijikan—namun tentu saja,
tidak mungkin mayat yang kering terlihat menarik. Aku adalah monster undead. Tentu
saja tidak seorangpun menyukai bentuk seperti ini, atau kurang lebih
menginginkan untuk menjadi seperti ini. Namun, bagiku ini adalah langkah besar
ke depan, hanya karena terdapat daging pada tulangku sekarang.
Dengan mengalami Existensi Evolusi, saat ini aku sadar
akan fakta bahwa aku dapat terus menapaki hirarki monster jika terus bekerja
keras. Fakta tersebut layak untuk dirayakan.
Monster undead, dalam hal tertentu, akan terlihat lebih
dan lebih seperti manusia jika semakin tinggi mereka menaiki tangga tersebut. Contohnya,
jika aku menjadi Vampir, yang merupakan existensi lebih tinggi dibandingkan
Ghoul, maka mudah saja aku akan menjadi tersamarkan dengan manusia—dalam kasus
seperti itu aku dapat bergerak disekitar jalan-jalan di kota Maalt tanpa
masalah.
Dalam bentukku saat ini, hal yang paling dapat aku
lakukan mungkin menyelinap ke dalam kota—aku masih tidak bisa berjalan dengan
bebas. Namun, aku kenal penjaga gerbang di Maalt. Jika aku memainkan kartu
identitasku dengan baik, aku mungkin dapat masuk dan keluar kapanpun yang aku
inginkan.
Namun tentu saja. Meskipun kebanyakan terlihat seperti
daging kering, saat ini aku memang memiliki tubuh, dan dengan begitu ada satu
hal penting yang ingin aku coba lakukan.
“...VAAAH... VAAAAH...”
Aku langsung mencoba menghubungkan udara melalui
tenggorokanku untuk memeriksa jika aku dapat berbicara. Tampaknya percobaan ini
menghasilkan semacam suara, setidaknya, kemungkinannya bukan nol.
“HE... HEEH... VVO... HEH... VO. OOD... MOV... NINV...
GGGUH... HEH... VVO...”
...
Tidak. Ini benar-benar gawat.
Meskipun aku tahu diriku tidak lancar berbicara—singkat
saja, masalahnya. Aku rasa beberapa latihan memang diperlukan.
Selain itu, aku akan sangat memilih kondisi saat ini
dibandingkan dengan Skeleton yang tidak dapat bicara dan hanya dapat membuat
suara gemerincing tulang. Dengan ini, aku dapat mencapai pemahaman satu sama
lain dengan manusia yang memasuki labirin... atau begitulah yang aku harapkan.
Tentu saja, syarat utama orang yang bicara padaku tidak
terus menerus takut olehku ini.
Ketika aku terus memikirkan berbagai macam kemungkinan, sebuah
suara tajam dari besi yang berbenturan mengacaukan pikiranku. Suaranya
terdengar seperti seseorang sedang sibuk bertarung dengan monster dalam jumlah
yang banyak di kejauhan, karena jelas suara pedang tersebut berdampak terhadap
permukaan yang keras.
Seperti monster yang telah aku kalahkan sampai sejauh ini,
lantai ini tidak memiliki lainnya selain monster lemah, apa lagi yang bisa
mengahasilakn suara seperti besi, maka dapat disimpulkan suara luar biasa
tersebut berasal dari seorang petualang—karena tidak ada kemungkinan lain.
Suara ini... Manusia hidup ada disekitar sini! Jantungku
berdetak kencang ketika memikirkan ini. (T/N: .. Apa undead monsta tetap memiliki jantung? Ya, gak mungkin kan?)
Sejauh ini, aku telah hidup selama beberapa hari di dalam
labirin ini. Namun, kebanyakan, aku habiskan untuk bertarung dengan monster
sepanjang malam. Wajar saja jika seseorang akan berpikir seperti itu.
Sampai saat ini, aku selalu memasuki labirin selama siang
hari, kembali ke Maalt saat sore untuk mencari makan. Namun, tiba-tiba, aku
menjadi Skeleton, dan tidak bisa berharap untuk kemudian hari. Karena seperti
itu, aku terus-menerus membunuh monster di dalam labirin—mungkin tidak aneh
jika diriku tidak menyadari kehadiran manusia lainnya.
Aku ingin bicara dengan seseorang, siapapun itu. Jika
yang ada petualang, maka tidak apa.
Namun, aku segera, menahan perasaanku ini. Karena
penampilanku, berusaha bicara dengan manusia akan menjadi usaha yang entah
kenapa terasa berat.
Meskipun aku tidak lagi tumpukan tulang berjalan, Ghoul
tetaplah... Ghoul. Jika aku mendekati petualang dengan tubuh seperti mayat
kering ini, mereka jelas akan merasa waspada, segera menyiapkan pedang mereka
untuk bertarung; berinteraksi akan menjadi pilihan terakhir pada kepala mereka.
Meskipun hasil pertemuan ini mungkin sedikit berbeda karena
aku semacam makhluk berakal, spesies monster berintelijen, diriku yang saat ini
adalah Ghoul. Harapanku begitu kecil mengenai masalah ini. Karena itu, aku
memilih menjauh dari sumber suara tersebut dan bersembunyi, agar tidak langsung
berhadapan dengan petualang yang dimaksud.
Namun, rasa penarasan benar-benar menarikku—apa aku akan
benar-benar mengabaikan dan menjauhi manusia ketika mereka sangat dekat
denganku?
—Tidak. Aku tidak dapat menahannya.
Seperti itulah tingkat pengasingan dan kesendirianku—aku
ingin melihat seseorang, tak peduli apapun resikonya.
Dan dengan begitu aku membuat keputusanku, berjalan
perlahan ke arah sumber suara tersebut dengan sembunyi-sembunyi. Jika aku
ketahuan, aku akan langsung melarikan diri.
Aku pikir mengintip dari kejauhan tidak masalah. Kemudian
aku akan menyembunyikan kehadiranku sebaik mungkin, bergerak maju se-sunyi yang
aku mampu.
Selagi suara tersebut semakin keras, detak jantungku ikut
semakin keras. Sedikit lagi ...
Aku tidak terlalu jauh dari manusia itu. Perlahan tapi
pasti, aku tiba pada tujuanku, dengan suara pertarungan tersebut terus
berlanjut dari araha sudut labirin.
Tetap waspada selagi aku berjalan, aku dengan hati-hati
melihat ke bagian pojok labirin, menatap ke dalam koridor-koridor pada labirin.
Disana, seperti yang aku duga, adalah seorang petualang, mengayunkan pedangnya
dan sibuk bertarung dengan monster.
Back - Daftar Isi - Next