Note :
Hallo, lama tidak update ... Maafkeun.
Selanjutnya juga akan update pada sela-sela waktu saja.Anyway, happy reading~
Translate by Big Saber bro
2-1. Petualang Rina
“...Yah!!”
Mengayunkah pedangnya ke arah Skeleton adalah seorang
gadis, yang suaranya tampak berdering lebih bertenaga dibandingkan ayunan
pedangnya.
Kualitas perlengkapannya, atau kurangnya kesadaran akan
hal itu, adalah hal pertama yang membuatku terkejut. Gadis tersebut baju
pelindung murah, diiringi dengan pedang satu tangan yang sama saja murah. Dia
pasti petualang pemula tingkat Iron-class.
Mungkin perlu diperhatikan bahwa diriku sangat akrab
dengan sesama rekan petualangku, setidaknya pada mereka yang berada di Maalt.
Namun, gadis ini, aku tidak kenalnya—itulah sebab asumsiku.
Meskipun petualang Iron-class suatu hari akan melampauiku
dan dipandang tidak lebih selain saingan potensial, aku pastikan untuk
mengingat wajah mereka dan belajar mengenal mereka lebih baik—jika ada cara
dimana aku bisa menghindari hujatan para petualang karena aku tidak berbakat. Aku
memilih berteman dengan mereka semua, dengan tambahan mengingat posisi sosial
dan koneksi mereka, sebelum menjalani jalan yang berbeda.
Perlu dicatat sementara aku tidak berbakat dalam
berpetualang, sebaliknya aku diberkati dengan ingatan dan kecerdasan dalam
menemukan solusi, menyebabkanku dengan mudah mengungguli kepandaian setiap
petualang Iron-class yang merencanakan hal buruk atau semacam hal lainnya. Oleh
karena itu, kelicikanku terkenal sampai diantara petualang tingat tinggi di
Maalt, dan berakhir tidak memiliki teman. Ini juga disebabkan oleh fakta bahwa
Maalt kebanyakan terdiri dari petualang yang bermoral baik.
Ditambah lagi, aku benar-benar menghantamkan nilai moral
pada petualang yang kurang berperilaku baik sejak mereka memulai karirnya. Hal
ini terus berefek, sampai akhirnya mempengarungi segala perkembangan karakter para
petualang di kota Maalt. Ini adalah satu alasan kenapa diriku tidak diminta
pensiun oleh Guild setelah selama ini, meskipun aku terhenti di salah satu
tingkat petualang paling rendah hampir selama satu dekade.
Sederhananya, aku adalah seorang ahli siasat yang unggul—dalam
hal baik, tentu saja.
Aku mengalihkan kembali perhatianku pada petualang muda
tersebut. Tidak hanya dia mengenakan dalam perlengkapan untuk pemula, ketangkasannya-pun
terlihat jauh lebih buruk. Kenyataannya, dia terlihat lebih lemah jika
dibandingkan dengan diriku ketika masih hidup.
Ini mungkin perbandingan yang tidak adil, namun—setiap
petualang Bronze-class dengan dapat dengan mudah mengungguli senior Iron-class
mereka. Lagi pula, aku, dapat mengalahkan Skeleton tanpa kesulitan. Meskipun
tidak mudah, aku yakin dapat melakukannya, dibandingkan dengan fakta bahwa
penduduk biasa akan segera berdoa untuk menangkal Skeleton. Bahkan petualang
Iron-class harus membentuk kelompok dua atau tiga orang untuk mengalahkan
Skeleton.
Dengan begitu, petualangnganku ini setidaknya menggambarkanku
sebagai orang yang sedikit mampu—meskipun tidak sampai membuatku bangga.
Dengan berpikir seperti itu aku menganggap gadis
dihadapanku ini sangatlah lemah. Meskipun dirinya terlihat berusaha bertarung
dengan berani melawan skeleton, satu kesalahan saja dapat membalikkan keadaanya,
setelahnya sudah pasti dia akan kalah. Sejauh itulah tingkat kekuatannya.
Namun, meski tidak berpengalaman, petualang tetaplah
petualang. In the Ketika ada celah, dia dapat dengan mudah melarikan diri—dan
pasti berhasil. Aku tidak terlalu khawatir mengenai keadaannya; setidaknya, itu
adalah apa yang baru saja aku pikirkan—
Duh, gusti.
Ketika mengamatinya dengan seksama, situasi tersebut
tampak lebih mengerikan dari apa yang sebenarnya telah aku pikirkan. Selayaknya
tidak memikirkan kemungkinan akan kalah, gadis muda tersebut terus menekan,
berusaha untuk mengungguli lawannya.
Namun, usahanya, sia-sia. Tentu saja kekurangan stamina
yang dibutuhkan, petualang tersebut tertekan, tidak bisa bertahan dari serangan
lawannya. Ini adalah potensi terjadinya situasi fatal, berdasarkan fakta dirinya
sedang berada di celah labirin sempit dan tidak memiliki rute melarikan diri
yang pasti.
Selagi Skeleton terus menekan gadis tersebu kebelakang,
dirinya tiba-tiba berhenti.
“...Huh?!”
Punggung gadis tersebut sebenarnya telah dihalangi tembok,
dan sepertinya dia baru saja menyadari hal ini.
Aku menggelengkan kepalaku. Ini adalah jebakan yang
menimpa petulang ketika mereka gagal memperhatikan kedaan sekitar mereka dengan
hati-hati. Sebaliknya, seorang petarung wanita sekalibernya, memerlukan cukup
celah untuk mengayunkan pedangnya. Dengan kata lain, takdir petualang tersebut
berakhir ketika dirinya terjebak karena tidak berhati-hati.
Seperti menyadari ini, Skeleton yang telah dia lawan ini
melangkah mendekatinya, segera mengangkat tangannya dan bergerak untuk
menyerangnya dengan tangan kosong.
Sementara Skeleton tersebut tidak memiliki perlengkapan, namun
tetap saja, pada akhirnya, adalah seekor monster. Jika serangan itu mengenai
petualang yang tidak terlalu mengerti cara bertahan, mereka pasti akan jatuh
pingsan. Lebih para lagi, jika serangan itu mendarat di bagian kritis, hal ini
mungkin akan menyebabkan kematian. Tidak perlu dikatakan lagi orang pada
umumnya tidak dapat menahan serangan seperti itu.
Pada dasarnya, Jika serangan Skeleton itu berhasil, gadis
tersebut pasti mati. Aku hanya sampai pada kenyataan ini ketika aku
menyimpulkannya.
Meski, aku tidak bermaksud membiarkan gadis ini mati
begitu saja—Sederhananya aku bermaksud untuk terus lanjut mengamati
pengamatanku, selagi muncul ketika dirinya memerlukan segala macam resiko.
Meskipun aku masuk kedalam momen panas ini sebelum tiba
di tempat ini, aku akhirnya menenangkan pikiranku ketika melihat makhluk hidup,
manusia yang masih bernafas. Meskipun aku muncul di hadapannya, dia pasti akan
menganggapku tidak lebih dari sekedar monster; melakukan interaksi dengannya
itu diluar perkiraanku yang paling liar.
Namun, aku tidak bisa begitu saja meninggalkan gadis
tersebut mati.
Meskipun aku saat ini memiliki fisik seorang monster, hatiku
masih tetaplah manusia. Selain jika orang yang dimaksud ini adalah semacam
pembuat masalah, setidaknya, aku pasti, akan berusaha menolongnya. Bagiku, ini
adalah tindakan yang benar: petualang senior melindungi hidup juniornya dalam
kekejaman labirint yang tidak mengenal ampun.
Itulah mengapa aku melakukan hal ini.
“...GAAAAAAH!!!”
Untuk mengganggu para Skeleton itu dari mangsanya, aku
keluar dari sudut labirint, merauang seganas mungkin. Aku tidak begitu yakin
rencanaku akan berhasil, lagi pula ini setengahnya mencoba keberuntungan, semata-mata
bergantung pada kenyataan bahwa diriku saat ini adalah Ghoul.
Tidak ahli dalam meniru pergerakan monster, aku tidak
tahu seberapa besar konsentrasi yang monster perlukan untuk menghasilkan suara
keras terus menerus. Monster-monster yang aku kalahkan sampai sekarang memang
seketika menganggapku sebagai musuh, karena, mereka segera bersiap untuk bertarung
ketika melihatku. Mungkin, ada sesuatu yang berbeda mengenai diriku
dibandingkan dengan monster lainnya, karena monster yang dimaksud ini menyadari
keberadaanku, juga. Itulah mengapa aku melakukan hal ini—sebaliknya, rencanaku
seharusnya memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi.
Tidak memerlukan waktu lama karena percobaan
keberuntunganku telah terbayarkan. Berhenti ditengah-tengah serangannya, Skeleton-Skeleton
tersebut berbalik menghadapiku, sebelum melaju ke tepat ke arahku.
Mata gadis tersebut tersebut terbuka lebar dikarenakan
perkembangan ini. Tampak sepertinya dia berencana membunuh Skeleton ditempat
dimana dia berdiri, ketika punggungnya menghadap ke arah gadis tersebut. Namun,
gadis itu tampak terlalu terkejut, sehingga hanya berdiri membuku di tempatnya.
Mau bagaimana lagi: Aku menarik pedangkuI drew my sword, berlari
ke arah musuh. Meskipun aku sebenarnya ingin menghematnya, aku mulai
menghubungkan spirit[1] kedalam
senjataku. Aku harus segera mengakhiri ini dengan serangan mematikan.
Note : Karena sudah lama tidak update. Jika kalian lupa
apa itu ‘Spirit’ kalian bisa kembali baca chapter 1 bagian 2 untuk melihat
penjelasannya.
Setelah berevolusi menjadi Ghoul, aku jadi sadar mengenai
fakta bahwa serangan spirit ini sekarang dapat digunakan beberapa kali tanpa kehabisan
energi—jadi aku rasa satu serangan ini tidak akan terlalu merusak persediaanku.
Mengangkat pedangku dalam gerakan terlatih, aku mengerahkan
tubuhku kedalam serangan ini, mengayukan pedangku dengan kekuatan yang besar. Itu
adalah serangan langsung, mengenai langsung kedalam tubuh bertulang
musuh-musuhku. Dalam sekejap, Skeleton-Skeleton ini terbelah menjadi dua bagian
rapih, hancur menjadi pecahan-pecahan seperti menyisakan tubuh mereka di atas
tanah..
“...Luar biasa... ”
Gadis petualang ini, terkejut, hanya dapat terus menatap
pada sisa-sisa bagian yang pada waktu sebelumnya adalah Skeleton.
Aku tidak bisa menyalahkannya. Meskipun Skeleton adalah
monster lemah pada umumnya, beberapa adventur dalam tingkatanku dapat dengan mudah
membelah mereka menjadi dua. Siapapun dapat terkejut; ya, bahkan diriku.
Ini memang luar biasa.
Huh.
Apa aku selalu sekuat ini?
Itu adalah apa yang aku rasakan setelah mengalahkan
Skeleton tadi. Aku berdiri terdiam selama beberapa saat, memikirkan apa yang
baru saja terjadi.
Sepertinya sekarang aku menjadi lebih kuat dibandingkan
sebelumnya. Jika aku terus berkembang seperti ini, tujuanku sampai berevolusi
menjadi Vampir sepertinya tidak mustahil. Aku merasakan secercah harapan dalam
hatiku—meskipun aku mungkin terlalu puas untuk saat ini.
Dengan berpikir seperti itu, aku tersadar kembali—
Gadis itu masih terdiam ditempat dirinya berdiri. Tentu
saja dia lebih penting dibandingkan monolog hatiku sendiri.
Apa dia terluka?
Meskipun aku ingin bicara, rasanya seperti ada sesuatu
yang menyangkut dalam tenggorokanku, dan segera aku diingatkan bahwa aku yang
sekarang tidak lebih dari seorang Ghoul. Aku aku tanpa hati-hati mendekatinya, dia
pasti akan melarikan diri; tidak boleh terjadi.
Kalau begitu...apa yang sebaiknya aku lakukan?
Berbalik menatap gadis tersebut, aku meihatnya sedang
memegang pedang, menatap ke arahku dengan ketakutan.
Sepertinya kita tidak bisa menyeesaikan masalah ini
dengan mudah.
Back - Daftar Isi - Next