Saturday 16 March 2019

MonRabu Volume 1 : Chapter 1 - Bagian 2





Translate by Big Saber bro



1-2. Chapter 1 Bagian 2


“Senang bertemu denganmu. Aku adalah Dewa.” Gadis tersebut berbicara sambil memegang cerutu.

Dirinya terus menatap ke arah buku di atas pangkuannya, tak sekalipun menatap ke arah Krishima Yuuki.


“Namaku adalah Karuizawa Sekai.” Gadis tersebut meniupkan gumpalan asap selagi membalik halaman buku di tangannya, “Seperti yang kamu tahu, dirimu adalah milikku mulai saat ini.”


Dia adalah seorang gadis cantik. Cantik diluar nalar. Dengan rambut perak dan mata berwarna merah, dia memiliki aura asing disekitarnya. Ini adalah “Dewa” bagi Kirishima Yuuki. Dia, sendiri, adalah eksistensi diluar nalar yang telah dan akan terus melindungi dunia selama ribuan tahun kedepan. Kirishima Yuuki adalah korban yang diberikan kepadanya.


“Kalau kamu tidak suka, kamu boleh coba melarikan diri. Kamu bahkan boleh memutuskan untuk bunuh diri.” Gadis tersebut tersenyum dingin, “Namun, jangan lupa, bahwa dirimu adalah generasi ke-sembilan keluargamu. Kamu telah dipilih oleh Organisasi Tsukumo untuk menjadi—“

“...Tidaktidaktidak.” Yuuki akhirnya kembali pada kenyataan, “Tunggu sebentar. Tunggu.”
Dia menggelengkan kepalanya sekuat tenaga. Selagi tangannya menunjuk ke arah hidungnya, dia berbicara “Eh,apa? Apa perasaanku saja? Tapi bukannya tadi cuma mengulangi apa yang terjadi sebelumnya? Ummm, ada apa ini?”

“...”


Sekai sendiri terkejut, mulutnya terbuka seperti mencoba melanjutkan perkataannya sebelumnya.

Satu detik, dua detik, ..lima detik..sepuluh detik...

Dalam keheningan tersebut, suasana anehpun mengalir. Sekai kemudian sengaja batuk dan mulai bicara kembali.


“Senang bertemu denganmu. Aku adalah D—.”

“Kubilang sudah cukup.”


Tanpa disengaja, Yuuki menjawabnya dengan ketus. Mugu, gadis muda itu menutup mulutnya.  Kesunyiaan yang canggungpun menimpa mereka berdua.

Tik,tok,tik,tok

Di dalamnya, hanya suara jam dinding bergema di dalam ruangan itu. Bahkan suara terkecilpun tampak tidak terdengar oleh salju diluar jendela.

Eh...ada apa dengan situasi ini? Yuuki pikir. Aku bersiap untuk merubah takdirku, tapi situasi saat ini tidak terduga. Sesuatu yang salah terjadi pada situasi ini. Apa yang harus aku lakukan?

Keheninganpun berlanjut.

Rasa canggung mengisi suasana ini, dia pikir akan lebih baik jika menganggap situasi ini adalah sebuah komedi.

“...Uu”

Gadis muda itu mengeluarkan suara. Menatap ke arahnya, wajahnya masih sama seperti gadis yang memegang cerutu sebelumnya, tapi apabila dilihat lebih dekat wajahnya seperti diwarnai warna merah terang. Bukan hanya itu, dia menutupi wajahnya dengan buku di atas pangkuannya dan meringkuk seperti hamster kecil atau sesuatu semacamnya.


“Ummm...”


Apa yang terjadi? Yuuki mulai merasa dirinya telah melakukan sesuatu yang buruk. Meski begitu, ketika ini terjadi pada seseorang yang seharusnya dia curahkan jiwa dan raganya, apa yang terjadi pada situasi ini? Lebih penting lagi, ada apa dengannya?

Apa itu...

Apa karena aku tidak mengikuti ketika dia berusaha mengulanginya ketika pertama kali kita bertemu? Apa itu alasan wajahnya menjadi merah?


 “Ah...apa kamu ingin mengulangnya lagi mulai dari aku masuk dan membuka pintunya lagi? Seperti mengulangi semacam tantangan dari awal?”

“...Tidak usah.” Selagi menutupi wajahnya, gadis muda itu menggelengkan kepalanya. Keheningan yang canggung sekali lagi terjadi. Baru saja Yuuki memikirkan untuk mengatasi ini, dia berbicara lagi.

“Ini salahmu.” Gadis muda itu bergumam, matanya sedikit mengintip dari atas buku, “Seharusnya tidak seperti ini. Pertemuan pertama kita seharusnya jadi lebih cantik, dan keren. Harusnya seperti karya seni, dimana, setelah pertukaran kalimat yang elegan dan cemerlang, kamu akan secara tulus menyatakan rasa hormatmu kepadaku, menyerahkan hidupmu padaku, dan kemudian kita berdua akan memperingati langkah awal kita bersama. Dan tapi malah ini yang terjadi.”

“Haaa, jadi begitu...”

Jadi seperti itu? Itulah apa yang dia pikirkan? Meskipun dia adalah seorang Dewa? Meskipun dia telah hidup selama ribuan tahun?

“Aku sudah memikirkannya selama ini. Awal dari segala sesuatu adalah hal penting.”

“Kamu memikirkannya? Mengenai apa...?”

“Tentu saja. Dialog kita.”

“Dia..dialog?”       

“Mengenai bagaimana kita akan berlalu, mengenai apa yang kita akan katakan ketika kamu memasuki ruangan ini. Aku telah mensimulasikan segalanya dalam kepalaku dan yakin dapat mengatasi apapun yang akan terjadi.”

Perlahan, gadis itu bicara. Yuuki mendengarkannya dengan ekspresi kosong , “Berdasarkan asumsiku, kamu seharusnya ketakutan, setidaknya begitulah seharusnya. Aku adalah eksistensi yang setara dengan Dewa, satu-satunya yang berinisiatif, dan dapat mengontrolmu. Meski begitu, meski seperti itu, kamu...”

“...Ummmm.”

“Ini salahmu. Semua, semuanya, ini adalah salahmu.”

“Tidak, meski kamu mengatakannya seperti itu...”

“Ini salahmu.”

“...”


Yuuki menjadi lebih dan lebih frustasi. Sampai-sampai membuat Yuuki mengangkat bahu saat ini. Amarah yang sekian bertumpuk pada hari ini, tidak, selama sepuluh tahun belakangan ini, menyebabkan Yuuki membuka mulutnya dan membalas.


“Begitulah katamu. Tapi, bukankah kamu punya banyak hal yang perlu dilakukan juga?”

“——!?”


Gadis itu menunjukan eksresi terkejut pada nada suara Yuuki yang tiba-tiba berubah.  Mengabaikannya, Yuuki terus berbicara.


“Bagiku, aku dibawa kesini bahkan tanpa alasan yang aku mengerti, dipaksa bertemu denganmu tanpa alasan yang dapat aku mengerti. Namun, kamu memberitahuku dengan nada merendahkan seperti itu ‘Ini semua salah’, aku tidak terima itu. Meski dirimu adalah Dewa, itu terlalu berlebihan.”

“...Ya...h.”

“Ini sebenarnya sangat merepotkan. Selain itu, kenapa juga aku dibawa kemari? Aku diberitahu akan dijadikan tumbal, sebagai korban, apa maksudnya ini? Siapa yang mengharapkan hal ini? Siapa yang memutuskan ini? Terutama, apa yang harusnya aku lakukan? Kalau kau saja tidak memberitahuku, bagaimana bisa aku mengerti hal ini. Setelah semua ini, aku mendengar semua ini adalah salahku, dan aku diharuskan untuk bertanggung jawab, kau pasti bercanda.”

“...uuu...”

“Sebenarnya,  masalah ini bukan hanya bagiku, bahkan keluargaku pun terganggu karenanya. Bahkan saat ini sampai pada titik dimana mereka hampir dapat bertahan, pada titik sebelum keluargaku dapat hancur. Jika harus kukatakan, keluarga kami sudah hancur sejak dulu. Hancur seketika. Yah, cuma itu satu-satunya cara mengatakan ini.”


Yuuki berdiri kembali. Kemudian, seolah-olah semua ini terbendung, semuanya emosinya muncul dalam seketika. Hampir seperti reflek, dia mengeluarkan tangisan. Awalnya, hanya menangis sedikit, lalu, selanjutnya,

Dia menangis. Dia adalah dewa yang telah hidup selama ribuan tahun. Meski begitu, dia menangis seperti seorang anak kecil.


“...eh? Tidak mungkin, kan? Eh?”

“..Uu...gusu... fueeeeh...”


Yuuki mulai panik. Bagi seorang pria, melihat sosok gadis yang menangis merupakan perasaan yang buruk.


“So—hikku—rry…”

“Ini salahku. Sebenarnya, ini seratus persen salahku. Kamu tidak salah. Oleh karena itu, jangan menangis? Tolong?”


Yuuki tidak tahu harus bagaimana. Setelah sedikit bimbang, dia mengeluarkan sebuah saputangan dari sakunya. Gadis itu menerima saputangannya dengan hati-hati, seperti peduli terhadap sesuatu yang berharga, dan mengusap air matanya.  Bagi Yuuki, dia tidak tahu sudah berapa kali dirinya dibuat bingung. Ada apa sebenarnya ini? Aku benar-benar tidak mengerti. Seseorang tolong bantu aku.


“Pernikahan...”


Tiba-tiba, gadis itu bicara.


“Tolong menikah denganku, katamu.” Hidungnya masih basah selagi dia terus bicara, “Bukannya perlakuanmu padaku juga sedikit kasar? Kondisiku juga tidak terlalu berbeda denganmu. Aku tiba-tiba mendengar beberapa hari yang lalu seseorang akan dibawa kemari sebagai persembahan, jadi aku sangat bingung. Aku sangat sangaat bingung. Ditambah lagi, aku sudah lama belum pernah bertemu manusia dari dunia luar, lebih lama dari apa yang dapat aku ingat?”

“...Eh. Jadi begitu?”


Ini pertama kalinya Yuuki mendengar hal tersebut. Dia tidak pernah memikirkan ini sebelumnya. Baik Yuuki dan dirinya ditempatkan dalam kondisi yang sama, dan mungkin mereka memiliki kesamaan lainnya.


“Untuk sementara ini, aku sudah menantikan kedatanganmu. Lagi pula, aku selalu sendirian.”

“...”

“Namun, aku adalah dewa, dan kamu adalah persembahan untuk ku, hubungan ini tidak bisa disebut setara. Meski begitu tetap saja, aku ingin akrab denganmu. Tetapi, aku tidak menduganya. Ya ampun, t-tiba-tiba melamarku...apa yang sebenarnya kamu pikirkan...”

“...”