Yuuki berpikir, selagi dia terus memandang air mata
sang dewa yang terus mengalir ini.
Yah.
Aku paham
Ada alasan lain mengapa ia tidak misalah demi
melamar orang asing. Alasan tersebut adalah kecantikan Karuizawa Sekai itu
sendiri. Dia bukan dari dunia ini, mungkin adalah sesuatu yang orang lain
katakan mengenai dirinya, Yuuki pikir. Menurut aspek penampilan, dia tidak akan
kalah dari siapapun dalam konteks kecantikan, kata-kata ini sama sekali tidak
berlebihan.
Besar matanya.
Panjang alisnya.
Murni kulit putihnya
Rambut perak menyilaukan yang tidak dapat
dibandingkan dengan wig ataupun rambut berwarna.
Akhir namun bukan terakhir, adalah mata merahnya
yang bersinar.
Yuuki tidak percaya dia adalah orang dengan pikiran
sempit. Dia bermaksud untuk menggunakan kalimat yang sekali dikatakan adik
perempuannya sebagai alasan, namun pada akhirnya itu bukanlah masalah lagi.
Seseorang yang melihat sosoknya menyebabkan hati mereka sakit, dan selanjutnya
tanpa disadari, dia telah melamarnya, begitulah.
-bebapa menit setelah itu.
Gadis muda tersebut kembali menjadi tenang.
“Aku minta maaf. Aku tidak bisa menahannya.”
“Tidak, itu salahku.”
Gadis muda itu mengangguk dengan ringan, selagi
Yuuki menundukan kepala ke arahnya. Sama seperti sebelumnya, kedua orang itu
menundukan pandangan mereka, tidak ingin saling memandang mata.
“...Aku” Dia menegakkan kepalanya, dalam situasi
yang di dominasi oleh kesunyiaan berat ini. Kemudian, seolah dia memutuskan
sesuatu, gadis itu membuka mulutnya untuk berbicara, “Aku ingin bertanya
padamu.”
“Sesuatu yang ingin kamu tanyakan?”
“Iya. Sesuatu yang sangat ingin aku tanyakan. Ini
adalah sesuatu yang dapat aku biarkan begitu saja.”
“Baiklah, mau bagaimana lagi. Aku akan menjawabnya
jika bisa.”
“Y-yah, sebenarnya.” Kohon kohon, dia menjernihkan
tenggorokannya dengan batuk. Sang Dewa menghadap ke bawah dan memandang Yuuki
dengan mata yang sesekali melihat ke arahnya, “Kamu ingin menikah, dan aku
menerimanya. Tentu saja, aku melakukan ini karena itu adalah keinginanmu
sebagai korban dan keingian seorang korban harus dikabulkan; itu adalah harga untuk
menjadi seorang korban.”
“Ya, aku mengerti.”
“Jadi, kapan malam pertama kita?”
“Apa?”
Yuuki melebarkan matanya tidak percaya. Gadis itu
mengabaikan Yuuki dan terus bicara, “Pasangan yang menikah harus membentuk
ikatan, saling menempelkan tubuh mereka, dan menghasilkan anak. Hal ini umumnya
disebut sebagai ‘malam pertama’ karena ini terjadi di malam hari. Aku pikir
biasanya lebih baik dilakukan lebih cepat dari pada nanti.”
“Tidaktidaktidak.” Yuuki mengerutkan alisnya, “
Maaf, tapi, sebenarnya kamu bicara apa? Aku tidak mengerti.”
“Untuk jaga-jaga, aku akan menjelaskannya lebih
detail. Malam pertama adalah ritual dimana kamu seharusnya membuatku, istrimu,
menjadi wanita untuk pertama kalinya.”
“T-tak perlu mengatakannya sejelas itu!”
“M-maaf. Karena ini penting, aku tidak ingin ada
salah paham. Dan juga, kamu bilang tidak mengerti apa yang aku bicarakan.”
“Tidak, yah, aku memang mengatakannya, tapi...tunggu
sebentar. Aku mengerti maksudmu, dan aku menghargai kamu menjelaskannya secara
halus, tapi meski begitu, masih terlalu cepat kan.”
“Kece… petan? Aku pikir biasanya emang begitu…
selama periode Heian dan Muromachi, hal semacam ini normal-normal saja.”
“Era apa yang kita bicarakan saat ini!? Lebih
penting lagi, pada masa ini, ada banyak hal yang perlu kamu lakukan ketika
menikah. Aku juga tidak tahu kalau pada zaman dulu.”
“B—begitu? Tidak, Aku rasa memang seperti itu, benar
juga. Cerobohnya aku.”
“Astaga. Ya ampun, yang benar saja.”
“Meskipun kamu bilang begitu, bukan berarti aku
bertindak tanpa berpikir. Aku menilai kepribadianmu itu agresif, itu sebabnya
aku pikir lebih cepat, lebih baik. Lagi pula, kamu sudah melamarku, seorang
dewa, pada pertama kali kita bertemu…”
“Mugu. Kalau begitu…”
Sepertinya, dia tidak salah juga.
“Tidak, tunggu. Tolong tunggu sebentar.” Namun,
Yuuki masih tetap tidak mau mengalah. Berusaha, dia memilah kalimatnya dengan
hati-hati, “Lagipula, kesampingkan masalah lamaran ini, kita berdua bahkan
belum terlalu saling mengenal.”
“Tentu saja begitu. Lagi pula kita baru pertama kali
bertemu hari ini. Tapi kita akan saling mengenal mulai dari sekarang, kan?”
“Ngomong-ngomong, aku baru enam belas tahun…”
“Sejauh yang aku tahu, aturan pada dunia ini tidak
berpengaruh bagiku. Umur bukanlah masalaht.”
“Oh iya, memang kamu boleh menikahc? Kamu adalah
dewa, kan?”
“Tidak ada peraturan yang mengatakan aku tidak bisa
menikah hanya karena aku seorang dewa. Lagipula tidak jarang juga di
mitologi-mitologi lainl.”
“Yah, benar sih, tapi...”
Baik tubuh dan pikiran Yuuki terasa semakin berat.
Apa ini? Perasaan menyesal? Perasaan pasrah? Setiap kali aku berinteraksi
dengan dewa ini, aku bisa mendengar suara kehancuran setiap ekspetasiku Ya, bagaimana harus kukatakan. Aku sudah siap
menghadapi hal serius, tapi ini benar-benar seperti komedi romantis.
“Apa kamu…” Meski begitu, Yuuki tidak berhenti
berusaha, "Bukannya kamu tidak suka? Tiba-tiba, menikahi orang yang tidak
kamu kenal.”
“Aku hanya mengabulkan keinginanmu, itu saja.”
“Karena begitulah aturan yang ditentukan oleh
organisasi Tsukumo?”
“Itu salah satunya. Tapi, selalu ada cara untuk
menemukan kelemahan dalam kasus seperti ini. Bukannya aturan tersebut tidak
memiliki pengaruh, tapi bukan berarti aku sepenuhnya terkekang oleh hal
tersebut.”
“Meskipun begitu, jika, setelah menikah, ternyata
kepribadianku benar-benar buruk. Maka apa yang akan kamu lakukan?”
“Tak perlu khawatir. Ketika pertama kali kita
bertemu, aku dapat memastikan. Kamu bukanlah orang jahat. Lagipula, ada aura
buruk disekitar orang seperti itu, dan setelah bicara denganmu seperti ini, aku
tidak merasa seperti itu.”
Dia sangat naif. Suatu hari dia pasti akan tertipu.
Begitulah pikir Yuuki, tapi dia tidak mengatakannya langsung. Dewa tersebut
menatap ke arah Yuuki, namun, Yuuki tidak dapat menatap matanya yang gemerlap,
dengan kepolosan murni pada pandangannya.
“Selain itu...” Dewa itu bicara, “Kamu dan aku akan
selalu bersama selamanya.”
Hal terlalu sentimen seperti itu.
Meski begitu, itu adalah senyum pertamanya yang
mengesankan. Senyuman yang dapat menghangatkan hati, seperti dapat meniup
dinginnya musim dingin, dan dapat meleburkan salju. Bagi Yuuki, mungkin
menyerahkan diri padanya mulai dari sekarang bukanlah hal buruk.
(Ah… Sial) Dia pikir.
Pada waktu yang sama, (Mungkin aku sudah
memutuskannya), dia juga berpikir seperti ini.
Yah, ini adalah satu-satunya hidupku, hidup yang
hampir aku pasrahkan.
“Ummm… Kalau begitu…” Kecepatan dia menggaruk
kepalanya menjadi lebih cepat. Ah—Ah—Ah—, dia mengatur suaranya, dia memutar
leher dan bahu agar rileks dan merapikan pakaiannya. Kirishima Yuuki kemudian
berbicara, "Sekali lagi, senang bertemu denganmu. Tolong rawat aku."
Dan Kanaruzawa Sekai menjawab, "Sama-sama,
mohon bantuannya."
†
Dengan segala hal dikatakan dan dilakukan.
Mereka berdua memutuskan untuk menikah.