Thursday, 2 May 2019

MonRabu Volume 1 : Chapter 1 - Bagian 3

1-3. Monku Tsukeyou ga Nai Rabukome Chapter 2 Bagian 3


Yuuki berpikir, selagi dia terus memandang air mata sang dewa yang terus mengalir ini.


Yah.


Aku paham



Ada alasan lain mengapa ia tidak misalah demi melamar orang asing. Alasan tersebut adalah kecantikan Karuizawa Sekai itu sendiri. Dia bukan dari dunia ini, mungkin adalah sesuatu yang orang lain katakan mengenai dirinya, Yuuki pikir. Menurut aspek penampilan, dia tidak akan kalah dari siapapun dalam konteks kecantikan, kata-kata ini sama sekali tidak berlebihan.


Besar matanya.


Panjang alisnya.


Murni kulit putihnya


Rambut perak menyilaukan yang tidak dapat dibandingkan dengan wig ataupun rambut berwarna.


Akhir namun bukan terakhir, adalah mata merahnya yang bersinar.


Yuuki tidak percaya dia adalah orang dengan pikiran sempit. Dia bermaksud untuk menggunakan kalimat yang sekali dikatakan adik perempuannya sebagai alasan, namun pada akhirnya itu bukanlah masalah lagi. Seseorang yang melihat sosoknya menyebabkan hati mereka sakit, dan selanjutnya tanpa disadari, dia telah melamarnya, begitulah.
-bebapa menit setelah itu.


Gadis muda tersebut kembali menjadi tenang.


“Aku minta maaf. Aku tidak bisa menahannya.”


“Tidak, itu salahku.”


Gadis muda itu mengangguk dengan ringan, selagi Yuuki menundukan kepala ke arahnya. Sama seperti sebelumnya, kedua orang itu menundukan pandangan mereka, tidak ingin saling memandang mata.


“...Aku” Dia menegakkan kepalanya, dalam situasi yang di dominasi oleh kesunyiaan berat ini. Kemudian, seolah dia memutuskan sesuatu, gadis itu membuka mulutnya untuk berbicara, “Aku ingin bertanya padamu.”

“Sesuatu yang ingin kamu tanyakan?”


“Iya. Sesuatu yang sangat ingin aku tanyakan. Ini adalah sesuatu yang dapat aku biarkan begitu saja.”


“Baiklah, mau bagaimana lagi. Aku akan menjawabnya jika bisa.”


“Y-yah, sebenarnya.” Kohon kohon, dia menjernihkan tenggorokannya dengan batuk. Sang Dewa menghadap ke bawah dan memandang Yuuki dengan mata yang sesekali melihat ke arahnya, “Kamu ingin menikah, dan aku menerimanya. Tentu saja, aku melakukan ini karena itu adalah keinginanmu sebagai korban dan keingian seorang korban harus dikabulkan; itu adalah harga untuk menjadi seorang korban.”


“Ya, aku mengerti.”


“Jadi, kapan malam pertama kita?”


“Apa?”


Yuuki melebarkan matanya tidak percaya. Gadis itu mengabaikan Yuuki dan terus bicara, “Pasangan yang menikah harus membentuk ikatan, saling menempelkan tubuh mereka, dan menghasilkan anak. Hal ini umumnya disebut sebagai ‘malam pertama’ karena ini terjadi di malam hari. Aku pikir biasanya lebih baik dilakukan lebih cepat dari pada nanti.”


“Tidaktidaktidak.” Yuuki mengerutkan alisnya, “ Maaf, tapi, sebenarnya kamu bicara apa? Aku tidak mengerti.”


“Untuk jaga-jaga, aku akan menjelaskannya lebih detail. Malam pertama adalah ritual dimana kamu seharusnya membuatku, istrimu, menjadi wanita untuk pertama kalinya.”


“T-tak perlu mengatakannya sejelas itu!”


“M-maaf. Karena ini penting, aku tidak ingin ada salah paham. Dan juga, kamu bilang tidak mengerti apa yang aku bicarakan.”



“Tidak, yah, aku memang mengatakannya, tapi...tunggu sebentar. Aku mengerti maksudmu, dan aku menghargai kamu menjelaskannya secara halus, tapi meski begitu, masih terlalu cepat kan.”


“Kece… petan? Aku pikir biasanya emang begitu… selama periode Heian dan Muromachi, hal semacam ini normal-normal saja.”


“Era apa yang kita bicarakan saat ini!? Lebih penting lagi, pada masa ini, ada banyak hal yang perlu kamu lakukan ketika menikah. Aku juga tidak tahu kalau pada zaman dulu.”


“B—begitu? Tidak, Aku rasa memang seperti itu, benar juga. Cerobohnya aku.”


“Astaga. Ya ampun, yang benar saja.”


“Meskipun kamu bilang begitu, bukan berarti aku bertindak tanpa berpikir. Aku menilai kepribadianmu itu agresif, itu sebabnya aku pikir lebih cepat, lebih baik. Lagi pula, kamu sudah melamarku, seorang dewa, pada pertama kali kita bertemu…”


“Mugu. Kalau begitu…”


Sepertinya, dia tidak salah juga.


“Tidak, tunggu. Tolong tunggu sebentar.” Namun, Yuuki masih tetap tidak mau mengalah. Berusaha, dia memilah kalimatnya dengan hati-hati, “Lagipula, kesampingkan masalah lamaran ini, kita berdua bahkan belum terlalu saling mengenal.”


“Tentu saja begitu. Lagi pula kita baru pertama kali bertemu hari ini. Tapi kita akan saling mengenal mulai dari sekarang, kan?”


“Ngomong-ngomong, aku baru enam belas tahun…”


“Sejauh yang aku tahu, aturan pada dunia ini tidak berpengaruh bagiku. Umur bukanlah masalaht.”


“Oh iya, memang kamu boleh menikahc? Kamu adalah dewa, kan?”


“Tidak ada peraturan yang mengatakan aku tidak bisa menikah hanya karena aku seorang dewa. Lagipula tidak jarang juga di mitologi-mitologi lainl.”


“Yah, benar sih, tapi...”


Baik tubuh dan pikiran Yuuki terasa semakin berat. Apa ini? Perasaan menyesal? Perasaan pasrah? Setiap kali aku berinteraksi dengan dewa ini, aku bisa mendengar suara kehancuran setiap ekspetasiku  Ya, bagaimana harus kukatakan. Aku sudah siap menghadapi hal serius, tapi ini benar-benar seperti komedi romantis.


“Apa kamu…” Meski begitu, Yuuki tidak berhenti berusaha, "Bukannya kamu tidak suka? Tiba-tiba, menikahi orang yang tidak kamu kenal.”


“Aku hanya mengabulkan keinginanmu, itu saja.”


“Karena begitulah aturan yang ditentukan oleh organisasi Tsukumo?”


“Itu salah satunya. Tapi, selalu ada cara untuk menemukan kelemahan dalam kasus seperti ini. Bukannya aturan tersebut tidak memiliki pengaruh, tapi bukan berarti aku sepenuhnya terkekang oleh hal tersebut.”


“Meskipun begitu, jika, setelah menikah, ternyata kepribadianku benar-benar buruk. Maka apa yang akan kamu lakukan?”


“Tak perlu khawatir. Ketika pertama kali kita bertemu, aku dapat memastikan. Kamu bukanlah orang jahat. Lagipula, ada aura buruk disekitar orang seperti itu, dan setelah bicara denganmu seperti ini, aku tidak merasa seperti itu.”


Dia sangat naif. Suatu hari dia pasti akan tertipu. Begitulah pikir Yuuki, tapi dia tidak mengatakannya langsung. Dewa tersebut menatap ke arah Yuuki, namun, Yuuki tidak dapat menatap matanya yang gemerlap, dengan kepolosan murni pada pandangannya.


“Selain itu...” Dewa itu bicara, “Kamu dan aku akan selalu bersama selamanya.”


Hal terlalu sentimen seperti itu.


Meski begitu, itu adalah senyum pertamanya yang mengesankan. Senyuman yang dapat menghangatkan hati, seperti dapat meniup dinginnya musim dingin, dan dapat meleburkan salju. Bagi Yuuki, mungkin menyerahkan diri padanya mulai dari sekarang bukanlah hal buruk.



(Ah… Sial) Dia pikir.


Pada waktu yang sama, (Mungkin aku sudah memutuskannya), dia juga berpikir seperti ini.


Yah, ini adalah satu-satunya hidupku, hidup yang hampir aku pasrahkan.


“Ummm… Kalau begitu…” Kecepatan dia menggaruk kepalanya menjadi lebih cepat. Ah—Ah—Ah—, dia mengatur suaranya, dia memutar leher dan bahu agar rileks dan merapikan pakaiannya. Kirishima Yuuki kemudian berbicara, "Sekali lagi, senang bertemu denganmu. Tolong rawat aku."


Dan Kanaruzawa Sekai menjawab, "Sama-sama, mohon bantuannya."





Dengan segala hal dikatakan dan dilakukan.

Mereka berdua memutuskan untuk menikah.