—Dua puluh menit kemudian.
Yuuki akhirnya berhadapan dengan Kanaruzawa
Sekai yang telah berpakaian dengan pantas.
“Fuu. Ini lebih baik.” Pukapuka, dewi ini
mengisap cerutunya selagi menghela nafas dengan lega. “Bagaimanapun juga, ada banyak hal di dunia ini yang aku tidak
ketahui. Aku sadar pengetahuan umumku tidak sebanding dengan manusia pada
umumnya.”
“Apa begitu? Baguslah.”
“Pengalaman hari ini merupakan pelajaran untuk
masa depan. Aku berterima kasih padamu, Yuuki. Karena dirimu, aku jadi sedikit
lebih bijak.”
“Sama-sama… Oh iya…” Duduk diatas kursi tamu,
Yuuki bertanya padanya. “Kalau bisa, bisa tidak kamu menghadap ke arahku ketika
kita bicara? Dari tadi, kamu selalu membelakangiku ketika bicara.”
“Aku menolak.” Selagi duduk diatas kursi goyang
dan menghadap ke luar jendela, dewi ini menolaknya dengan tegas. “Setidaknya
untuk hari ini, aku memutuskan untuk tidak melihat wajahmu hari ini. Ini adalah
apa yang aku sendiri, sebagai dewi, telah putuskan.”
“…yah, aku mengerti perasaanmu, tapi…”
“Dalam hidupku selama ribuan tahun, tadi adalah
hal paling memalukan yang pernah aku lakukan.” Dia memijat bahunya selagi
merinding, “Sebenarnya, mungkin ada yang aneh padaku. Sekarang dipikir-pikir
lagi, aku sepenuhnya diarahkan oleh Chiyo... ini adalah salahnya.”
“Benar. Dia yang salah.”
“Oleh karena itu, aku tidak salah.”
“Tidak. Biasanya, orang pikir kamu masih harus
bertanggung jawab dalam masalah ini.”
“Muu?”
“Jadi, tolong lihat kesini. Jika tidak, rasanya
sulit bicara denganmu. Lagi pula, bukannya ini tidak sopan? Kamu adalah dewi,
dan aku adalah milikmu, tapi aku masih secamam tamu disini.”
“Munu…” Dengan sedikit suara protest, sang dewi
mulai terdiam.
Setelah beberapa saat, dia berbalik meski
benar-benar tidak ingin, “Menghadapi aku yang tua dan pendek ini, sepertinya
kamu terlalu ketat.”
“Aku tidak mau mendengarnya dari orang yang
telah hidup selama ribuan tahun.”
“Tapi, kamu ada benarnya juga. Dan dengan begitu,
aku akan berbalik dan bicara denganmu. Aku akan menahan rasa maluku.”
Mengejutkannya, dia cukup jujur ternyata.
Setelah melihatnya seperti ini, Yuuki akhirnya
merasa lebih tertarik padanya. Tidak mungkin dia membencinya.
“Baiklah. Kalau begitu, sekali lagi. Halo,
Kami-sama.”
“Y-yah. Halo, Kirishima Yuuki.”
“Ini pertama kalinya kita bicara baik-baik satu
sama lain. Dengan ini, kita bisa menganggap ini sebagai pertama kita bertemu,
dan membuka langkah yang logis.”
“Ya. Benar.”
“Cuaca hari ini sangat bagus. Meski beberapa
hari terakhir bersalju.”
“Yah. Hari ini hangat dan membuat nyaman.”
Setelah dia selesai merokok sebatang cerutu,
Sekai megambil dan merokok sekali lagi. Gerakannya cepat. Menurut pengetahuan
umum Yuuki yang berlimpah, cerutu seharusnya dinikmati perlahan dalam waktu
yang lama … mungkin memang tidak terlalu lama, atau mungkin dirinya yang sangat
gugup.
“Untuk saat ini, ada beberapa hal yang ingin aku
tanyakan.”
“Yahh. Silakan tanya apapun.”
“Hubungan kita, bagaimana jadinya nanti?”
“Hmm?”
“Aku dipersembahkan padamu sebagai tumbal, dan
itu artinya aku adalah milikmu. Benar, kan?”
“Ya. Benar.”
“Namun, aku malah melamarmu, dan kamu
menerimanya. Oleh karena itu, kita memiliki hubungan suami istri... sebenarnya
bagaimana ini? Hubungan mana yang harus didahulukan?”
“Aku bingung juga kalau begitu.” Dewi tersebut
menjawab tanpa ragu. “Mengenai hubungan kita, baik Chiyo atau organisasi Tsukumo
belum mengatakan apapun mengenai ini. Makanya, aku tidak bisa menilai, ataupun
membuat keputusan pada hal ini.”
“…sangat ceroboh…”
“Tidak perlu dipikirkan. Tidak masalah meski
kamu tidak memikirkan hal yang tidak dimengerti. Tidak ada yang mengatakan ini
padamu sebelumnya, kan?”
“Iya sih, benar juga. Tidak ada yang
mengatakannya padaku.”
“Apa lagi yang ingin kamu tanyakan?”
“Umm, ya…oh iya, sebenarnya kenapa aku terpilih?
Untuk asalan apa aku menjadi milikmu?”
“Aku juga bingung sih.” Dewi ini menjawab tanpa
ragu. “Itu adalah tugas organisasi Tsukumo untuk memilih tumbal, aku tidak
memilih siapa itu. Aku bahkan tidak tahu alasan dibaliknya. Dengan begitu, aku
tidak tahu kenapa kamu terpilih.”
“…tidak, ya, meski begitu…”
“Meskipun aku seorang dewi, aku bukanlah sosok
yang maha kuasa dan maha tahu.” Dengan ekspresi kerepotan, dia bicara,
“Makanya, aku tidak tahu apa yang tidak aku ketahui. Jika kamu memang ingin
tahu, kamu sebaiknya tanyakan pada Chiyo. Dia seharusnya tahu jawaban yang kamu
cari.”
“Aku rasa itu mustahil, kalau begitu. Meski aku
tanya Chiyo-san, dia tidak akan menjawab apapun, makanya aku bertanya padamu.”
“Aku mengerti. Kalau begitu, maka tidak ada yang
dapat kamu lakukan. Menyerah saja.”
“Tidaktidak. Karena ini penting, kamu seharusnya
membantu dalam suatu cara. Lebih penting lagi, karena kamu adalah dewi,
seseorang dengan status besar, lebih besar dari Chiyo-san—”
“Naif sekali. Aku pikir sudah menjelaskannya
cukup sederhana dan jelas, tapi kamu masih tidak mengerti. Aku harap kamu
tidak, apa kamu benar-benar bodoh??”
“…”
Dia menunjukan ekspresi sangat cemas yang
membuat Yuuki merasa sangat aneh.
“Tapi aku yakin dapat mengatakan ini?” Melihat
Yuuki seperti itu, dewi ini menambahkan. “Aku bertemu denganmu seperti ini, dan
bicara denganmu, merupakan suatu hal yang sangat aku nantikan. Dan saat ini,
aku sangat menikmatinya. Bagiku, ini adalah segalanya.”
“…Jadi begitu. Terima kasih.”
Sekali lagi, tanpa maksud buruk, dia serius
mengatakannya. Melihat sikapnya yang terus terang, Yuuki tidak bisa berkata
apa-apa. Tidak tahu kenapa merasa malu.
“Roger. Aku mengerti.” Dia mengubah topik. “Lebih
penting lagi, ada suatu hal yang ingin kukatakan padamu hari ini.”
“Ya. Mari dengarkan.”
“Pertama, sebelum itu, aku ingin lebih
mengenalmu. Pada dasarnya, yah, kita adalah pasangan nikah, benarkan? Ga salah,
kan? Namun, tidak tidak mengenal satu sama lain. Mari mulai dengan mengenal
satu sama lain terlebih dahulu.”
“Aku setuju denganmu, Yuuki. Aku juga ingin lebih
mengenalmu. Segalanya harus mulai dari sana—aku senang tampaknya kamu tidak
bodoh.”
“Terima kasih banyak. Ummm, kalau begitu, aku
punya pertanyaan sekarang.”
“Tunggu, tunggu. Dari tadi, kamu selalu bertanya.
Bahkan aku punya banyak hal yang ingin kuketahui tentang dirimu. Sekarang, adalah
giliran aku yang tua dan pendek ini.”
“Yah, aku rasa aku sedikit terlalu memaksamu.” Untuk
saat ini, dia harus menahannya. Tapi mulai dari mana dia harus mulai.
“Mari dengarkan mengenai masa lalumu.” Ini
adalah permintaan sang dewi.
“Mengenai masa laluku…” Yuuki menggaruk
kepalanya. “Ini mungkin cerita yang tidak menarik,juga?”
“Tidak masalah.”
“Terlebih lagi, ini merupakan sesuatu yang tidak
ingin aku ingat.”
“Aku memaksa.”
Dewi ini niat sekali.
Dia sangat fokus, sampai dia tidak menyadari api
di cerutunya telah menghilang. Sepertinya, tidak ada jalan keluar. Pada
akhirnya, Yuuki memutuskan bicara apa yang dapat dirinya katakan.